REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat menilai, penerapan sistem Gerbang Pembayaran Nasional (NPG) akan memengaruhi kinerja bisnis perusahaan penyedia kartu dari luar negeri seperti Visa dan Mastercard. Pasalnya, selama ini keduanya sangat berperan dalam sistem pembayaran di Indonesia.
"Visa dan Mastercard akan paling kena pengaruh. Hal itu karena ada kewajiban modal lokal sebanyak 80 persen itu," ujar Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, saat dihubungi Republika.co.id, Jumat, (7/7).
Ia menjelaskan, Mastercard serta Visa memiliki porsi cukup besar dalam transaksi keuangan mulai dari kartu debit hingga kartu kredit. "Jadi mereka yang paling mengalami kerugian dari aturan ini," ujar Bhima.
Sebelumnya, Bank Indonesia menerbitkan aturan mengenai NPG atau national payment gateway. Gerbang Pembayaran Nasional merupakan sebuah sistem yang terdiri dari tiga bagian yakni Standard, Switching, dan Services. Ketiga sistem tersebut untuk mengintegrasikan berbagai instrumen dan kanal pembayaran secara nasional.
Sistem standard merupakan spesifikasi teknis dan operasional yang dibakukan. Sementara, switching merupakan infrastruktur yang berfungsi sebagai pusat dan atau penghubung penerusahan data transaksi pembayaran melalui jaringan yang menggunakan alat pembayaran dengan memakai kartu, uang elektronik, dan atau transfer dana. Sedangkan, services merupakan layanan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan industri sistem pembayaran ritel.
Faktor risiko keamanan siber, menurut Bhima, juga perlu sangat dicermati. Hal itu karena, sistem yang terintegrasi sangat rawan diserang hacker, sehingga skala risikonya jauh lebih besar dari sistem yang ada sekarang. "Jadi perlu pengawasan dari sisi teknologi yang ketat juga," ujarnya. Ia menambahkan, penerapan NPG bisa membuat transaksi keuangan lebih efisien.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mengatakan penyedia global seperti Visa dan Mastercard akan tetap dikawal. Apalagi sebelumnya mereka yang menerbitkan kartu debit dan kartu kredit.
"Peluangnya besar bisa kerja sama dengan mereka (Visa dan Mastercard) terutama di fitur-fitur keamanan. Kita butuh kapabilitas merka juga, itu peluang bisnis bagi global buyers," kata Onny.
Ia menyatakan, saat ini BI belum menghitung berapa total biaya atau fee dari Visa dan Mastercard dengan adanya penerapan NPG. Meski begitu, Onny yakin fee yang masuk akan banyak dari perusahaan domestik.
Penerapan NPG, menurut Onny, akan memberi keuntungan bagi perusahaan penyedia layanan transaksi elektronik di domestik, seperti Artajasa. "Mereka kan kapabilitasnya baru di ATM, nanti mereka bisa memproses debet dan mampu fasilitasi seluruh transaksi di Indonesia tapi secara bertahap," ujarnya. (Iit Septyaningsih)