Jumat 30 Jun 2017 20:27 WIB

'CEO Starbucks Langgar Etika dan Budaya, Wajar Diboikot'

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Bilal Ramadhan
Starbucks
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Starbucks

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Starbucks, Howard Mark Schultz terang-terangan mendukung dan mengkampanyekan kesetaraan kaum Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) dan pernikahan sejenis. Hal tersebut membuat beberapa pihak di Indonesia mengusulkan untuk melakukan boikot karena ideologi dan pemahaman bisnis Starbucks bertentangan dengan ideologi bangsa Indonesia.

Peneliti Ekonomi Syariah School of Islamic Economics (STEI SEBI) Aziz Setiawan menyatakan, usulan boikot terhadap satu brand atau kelompok dagang tertentu dinilai sah saja. Jika etika bisnis brand tersebut tidak sejalan dengan etika bangsa dan brand tersebut tidak menghormati budaya lokal masyarakat yang ada di sekitarnya.

Begitupun Starbucks. Karena pada dasarnya prinsipnya LGBT juga sudah bertentangan dengan UU perkawinan Indonesia. "Saya kira itu sudah melanggar etika, nilai dan budaya. Wajar jika masyarakat bereaksi akan boikot," ungkap Aziz saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (30/6).

Aziz mengungkapkan, konsumen berhak mendapatkan barang, produk, yang selain bisa dikonsumsi oleh mereka, juga dapat memberikan dampak positif pada lingkungan sosial yang baik. Karenanya Aziz mengimbau, kini sudah saatnya konsumen di Indonesia bisa lebih cerdas dalam mengonsumsi satu produk.

"Apalagi seorang muslim. Dampak sosial itu harus menjadi satu perhatian tersendiri. Nilai keberkahan itu sangat penting," jelas Aziz.

Sebelumnya diberitakan, CEO Starbucks Howard Mark Schultz ketika pertemuan dengan para pemilik saham Starbucks Schultz secara tegas mempersilakan para pemegang saham yang tidak setuju dengan pernikahan sejenis untuk hengkang dari Starbucks.

Jaringan kopi Starbucks Indonesia juga memastikan tetap sejalan dengan pihak manajemen Pusat Starbucks di Amerika Serikat yang memberi dukungan terhadap LGBT. Hal tersebut disampaikan Marketing Communications dan CSR Manager, PT Sari Coffee Indonesia, selaku pemegang lisensi Starbucks Indonesia Yuti Resani pada Republika beberapa waktu yang lalu. Dia mengatakan pihaknya tetap menghargai keragaman dan kesetaraan dan berkomitmen sejalan dengan kebijakan manajemen Starbucks.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement