REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Anak perusahaan PT Adhi Karya (persero), PT Adhi Persada Gedung (APG), dijadwalkan untuk melakukan penjualan saham perdananya (IPO) pada semester I 2018 mendatang. Direktur Keuangan dan Legal Adhi Karya, Haris Gunawan menjelaskan bahwa saat ini perusahaan sedang menyiapkan kelengkapan adminsitrasi untuk segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Haris mengungkapkan, dipilihnya APG sebagai anak usaha yang akan melakukan IPO lantaran induk usaha memerlukan tambahan ekuitas. Hal ini sejalan dengan pembangunan kereta ringan (LRT) Jabodebek yang sejak awal mengalami kesulitan pendanaan. Di saat yang sama, lanjutnya, induk usaha yakni Adhi Karya tidak mungkin melakukan right issue lantaran pemerintah tidak akan lagi bisa inject melalui pencairan Penyertaan Modal Negara (PMN).
"Sehingga harus tambah ekuitas. Pilihannya adalah penambahan pasar modal, dan kedua IPO APG. APG sangat layak dan dari sisi bisnis sangat menjanjikan," ujar Haris, Jumat (16/6).
Rencana IPO APG sebetulnya mengalami penundaan, setelah sebelumnya ditargetkan bisa dilakukan tahun 2017 ini. Alasannya, tahun ini sejumlah perusahaan konstruksi pelat merah yang juga melakukan penawaran saham perdana, termasuk Wika Gedung dan PP.
"Sehingga kita tidak mau di sana, kalau itu terjadi kita akan dirugikan. Karena para investor akan banyak pilihan," jelasnya.
Tak hanya itu, sebelumnya Adhi Karya sempat memutuskan untuk meng-IPO-kan anak usaha lainnya yakni PT Adhi Persada Properti. Hanya saja, pertimbangan bahwa kinerja APP masih lebih lambat dibanding APG membuat prioritas IPO jatuh kepada APG. Penjualan saham perdana untuk APP sendiri ditargetkan bisa dilakukan pada 2019 mendatang.
Adhi Karya juga berencana membentuk satu anak usaha baru untuk melakukan pengembangan Transit Oriented Development (TOD) untuk jalur kereta ringan (LRT) Jabodebek. Bila APP nantinya hanya fokus terhadap penjualan properti di seluruh proyek Adhi Karya, anak usaha yang menggarap TOD hanya akan fokur untuk penjualan properti di sepanjang pengembangan fasilitas LRT.
"Kita akan bentuk usaha aru di bidang properti khusus dedicated untuk pembangunan properti di setiap railway. Kalau TOD properti yang mau kita bangun dedicated di sekitaran station pengembangan LRT baik di Jakarta atau daerah lain," ujar Haris.