REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak terus meningkat pada Selasa waktu New York atau Rabu pagi WIB. Kenaikan harga minyak dipicu karena para pedagang mengantisipasi bahwa data resmi akan menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah Amerika Serikat.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli naik 0,38 dolar AS menjadi menetap di 46,46 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Agustus naik 0,43 dolar AS menjadi ditutup pada 48,72 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Badan Informasi Energi AS (EIA) akan merilis data mingguan tentang persediaan minyak negara tersebut pada Rabu (14/6) waktu setempat. Beberapa analis memperkirakan persediaan minyak mentah AS kemungkinan turun lebih dari dua juta barel pada pekan lalu.
Sementara itu, Arab Saudi, eksportir minyak utama dunia, akan memotong alokasi minyak mentah ke Asia pada Juli menjadi sekitar 300.000 barel per hari (bpd), lebih dalam daripada Juni.Namun demikian, produksi minyak OPEC meningkat pada Mei, meskipun ada kesepakatan mengenai penurunan produksi pada bulan lalu.
Laporan bulanan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) menunjukkan bahwa didorong oleh peningkatan produksi Nigeria, produksi minyak OPEC mencapai 32,139 juta barel per hari. Tingkat produksi tersebut, 336.000 barel per hari lebih tinggi dari produksi pada April, yang juga merupakan tingkat tertinggi sejak kartel mulai menerapkan kesepakatan pemotongan produksi pada Januari. Pagu produksi minyak OPEC yang disepakati adalah 32,5 juta barel per hari.