Ahad 11 Jun 2017 22:50 WIB

Kemenkeu Masih Bahas Pembiayaan LRT

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Kendaraan melintas di samping pembangunan  proyek Light Rail Transit (LRT) di Cibubur, Jaktim, Selasa (14/2).
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Kendaraan melintas di samping pembangunan proyek Light Rail Transit (LRT) di Cibubur, Jaktim, Selasa (14/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jendral Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Askolani mengatakan sampai saat ini Kementerian Keuangan masih mengkaji dan melakukan perhitungan terkait peluang pembiayaan Light Rail Transit (LRT) Jabodabek. Namun Askolani mengatakan, untuk sementara waktu opsi pinjaman dari perbankan dalam negeri menjadi salah satu opsi yang mungkin dilakukan.

Askolani menjelaskan, dukungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sejauh ini merupakan alokasi  Penyertaan Modal Negara (PMN) yang sudah dikucurkan oleh pemerintah ke PT. Kereta Api Indonesia (KAI) selaku investor proyek LRT. Askolani mengatakan, dana PMN tersebut dikeluarkan untuk menambah ekuitas PT. KAI sehingga lebih mudah mendapatkan pinjaman.

"Saat ini sebagian pembiayaan APBN melalui PMN itu. Dari situ, PT. KAI bisa mendapatkan support dari perbankan dalam negeri melalui pinjaman," ujar Askolani saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (11/6).

Sebelumnya, Direktur PT Kereta Api Indonesia (KAI), Edi Sukmoro mengatakan pihaknya sampai saat ini masih menunggu keputusan dari Kemenkeu untuk mengambil keputusan melalui sumber mana pendanaan LRT Jabodebek akan dikucurkan. Edi mengatakan sampai hari ini Peraturan Presidan (Perpres) LRT Nomer 49 Tahun 2017 tersebut sudah selesai diteken oleh Presiden.

Namun, untuk tindakan selanjutnya, Edi mengatakan pihaknya masih menunggu pembahasan final dari Kemenkeu. "Ini lagi rapat, Perpres kan sudah keluar, nah dari Perpres itu ada dua opsi. Bisa APBN atau pinjaman. Ini menkeu (Menteri Keuangan) sedang rapat, jadi yang mana kita turun," ujar Edi di Gedung DPR RI, Kamis (8/6) lalu.

Ia mengatakan nantinya dari keputusan tersebut KAI baru bisa melakukan langkah startegis untuk melengkapi pendanaan. Namun menurut Edi, kalau melihat peluang pinjaman ke bank itu peluangnya lebih besar. "Ya. Kita tunggu saja, biar ibu Menkeu yang memutuskan. Kita ikut saja," ujar Edi.

Edi berharap dengan segera cairnya pendanaan LRT ini ke depan penyelesaian proyek Rp 23,3 triliun tersebut bisa segera dirampungkan. Ia mengatakan, LRT menjadi salah satu proyek strategis yang perlu segera diselesaikan mengingat saat ini kapasitas Kereta Rel Listri (KRL) sudah tidak memenuhi kebutuhan para penumpang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement