REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Presiden Joko Widodo sering melakukan komunikasi secara langsung dengan para petinggi di negara kawasan Timur Tengah. Selain menjadi persahabatan, komunikasi ini pun diharap mampu menumbuhkan perekonomian Indonesia.
Negara-negara di Timur tenga seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) menjadi negara yang memiliki banyak investor berkelas internasional. Namun, sejauh ini investor dari negara ini lebih banyak mengalirkan investasi ke negara-negara di Eropa atau Amerika.
"Kenapa mereka tidak ke Indonesia, karena selama ini Presidennya (Indonesia) jarang ke sana, menterinya juga," kata Joko Widodo, Sabtu (9/6).
Jokowi berharap, tingginya intensitas komunikasi dengan petinggi masing-masing negara membuat ada keseimbangan investasi di Indonesia. Sebab, dengan adanya jalinan pertemanan, pemerintah Indonesia bisa blak-blakan ketika meminta bantuan.
Selama ini, investasi yang masuk ke Indonesia banyak berasal dari Amerika, Cina, Korea Selatan, Jepang, dan Singapura. Jokowi berharap investasi dari negara Timur Tengah bisa sebesar investasi negara lain.
Menurut Jokowi, pemerintah sedang menyiapkan masa emas perekonomian pada 2045 atau 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Jika perkembangan investasi berjalan sesuai program dan pertumbuhan ekonomi mampu berada di angka 5-6 persen maka perekonomian Indonesia pada tahun tersebut akan baik.
"Income pendapatan kita bisa 29 ribu dolar AS. Kita akan ada di posisi ke-4 negara ekomoi terkuat dunia," ujar Jokowi.