Jumat 09 Jun 2017 08:50 WIB

Krisis Diplomatik Timur Tengah Bisa Pukul Pariwisata RI

Red: Nur Aini
Warga Qatar menikmati berjalan-jalan di pinggir laut di Doha.
Foto: AP Photo/Kamran Jebreili
Warga Qatar menikmati berjalan-jalan di pinggir laut di Doha.

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Kementerian Pariwisata berharap krisis diplomatik yang melibatkan negara-negara di kawasan Timur Tengah tidak berlanjut karena memiliki pengaruh terhadap pariwisata Indonesia.

"Kami prediksi karena Doha adalah 'hub' (penghubung) Timur Tengah maka pasti ada pengaruh terutama jika konflik ini berlanjut karena kalau berlanjut ada kekhawatiran bahwa airline dari Eropa juga akan takut menggunakan Timur Tengah sebagai 'hub'," kata Deputi Pengembangan Pariwisata Luar Negeri Kementerian Pariwisata Prof I Gede Pitana di Denpasar, Jumat (9/6).

Pitana berharap agar maskapai penerbangan tidak semata menggunakan satu 'hub' tetapi juga memanfaatkan jalur lain mencermati kondisi politik Timur Tengah. Kalangan pariwisata, kata Pitana, juga diimbau tidak berpatok kepada satu pasar wisatawan agar dampak krisis diplomatik enam negara di kawasan Arab yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar tidak berdampak lebih besar.

Menurut dia, hingga saat ini belum ada dampak signifikan yang terasa dalam pariwisata Indonesia jika dipantau dari 19 pintu masuk di Tanah Air.

Dia menduga hal itu disebabkan kemungkinan wisatawan dari Eropa terbang langsung ke destinasi di Indonesia atau jumlah wisatawan dari Timur Tengah mengurangi wisata ke luar negeri karena saat ini dalam suasana Bulan Puasa. "Mungkin orang tidak melalui itu (Doha) lagi tapi bisa jadi langsung dari Eropa. Kedua, sekarang ini bulan Ramadhan sehingga wisatawan Timur Tengah sedikit melakukan perjalanan jadi jumlah 'outbond' (bepergian ke luar negeri) Timur Tengah saat Ramadhan turun," ujarnya.

Beberapa waktu lalu situasi politik negara-negara di kawasan Timur Tengah memanas yang ditandai pemutusan hubungan diplomatik enam negara Arab dengan Qatar. Enam negara tersebut adalah Arab Saudi, Bahrain, Mesir, Libya, Uni Emirat Arab, Yaman serta satu negara non-Arab yakni Maladewa, yang menuding Qatar mendukung kelompok radikal mengganggu keamanan kawasan Teluk. Salah satu dampak dari pemutusan hubungan diplomatik itu tertutupnya akses baik darat, laut, dan udara yang menghubungkan Qatar dengan tujuh negara itu. Padahal, baik Qatar (Qatar Airways) dan beberapa negara tersebut seperti Bahrain (Emirates Airlines) dan Abu Dhabi di Uni Emirat Arab (Etihad Airlines) untuk jalur transportasi udara merupakan kota-kota penghubung maskapai penerbangan raksasa yang memiliki jangkauan internasional yang luas termasuk ke Indonesia.*

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement