Senin 05 Jun 2017 22:03 WIB

Ini Penyebab Harga Bawang Putih tak Merata

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nur Aini
 Pekerja mengangkut bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (17/5).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pekerja mengangkut bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (17/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti menyebut masalah distribusi menjadi salah satu penyebab tidak meratanya harga bawang putih di sejumlah daerah. Sebab, dari segi ketersediaan stok, ia memastikan pasokan bawang putih aman karena dalam waktu dekat akan ada tambahan 500 ton.

"Negara kita ini kan luas, jadi belum semua bisa terdistribusikan. Ada yang butuh beberapa hari, yang sering terjadi seminggu kemudian," ujarnya, usai mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (5/6).

Djarot menyebut, stok bawang putih yang dimiliki Bulog saat ini hanya tersisa 495 ton. Stok itu diperkirakan akan habis dalam 1-2 pekan ke depan. Karenanya, pada pertengahan bulan ini Bulog akan kembali mendatangkan bawang putih impor asal Cina sebanyak 500 ton. Ia menyebut, jumlah tersebut​ merupakan bagian dari total 1.000 ton volume impor bawang putih yang diberikan pemerintah pada Bulog.

"Saya ditugaskan minimum 1.000 ton. tapi yang sudah jalan hampir separuh lebih. Pokoknya (impor) sampai rendahlah harganya," kata Djarot.

Hingga saat ini, Indonesia masih bergantung pada bawang putih impor untuk memenuhi kebutuhan nasional. Sekitar​ 97 persen kebutuhan bawang putih dalam negeri masih dipenuhi oleh bawang putih asal Cina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement