REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perwakilan dari Coca-Cola, dan sejumlah produsen sirup jagung AS seperti Daniels Midland Co dan Cargill Inc telah bertemu dengan Staf Khusus Gedung Putih Bidang Pertanian, Perdagangan dan Makanan Ray Starling, untuk membahas masalah perdagangan gula antara AS dan Meksiko.
Para perwakilan perusahaan tersebut memperingatkan Pemerintah AS bahwa ada potensi penurunan industri jika AS dan Meksiko tak kunjung menyetujui perjanjian perdagangan baru, dan mencegah bea masuk besar terhadap impor gula dari Meksiko.
Apabila kesepakatan tidak tercapai dan AS memberlakukan tarif, maka Meksiko akan berhenti mengimpor gula dari AS. Untuk diketahui, ekspor pertanian AS ke Meksiko mencapai 18 miliar dolar AS pada 2016 lalu.
Menurut Perwakilan Perdagangan AS, Meksiko membeli lebih dari 80 persen fruktosa dari AS yang terdiri dari sirup jagung. "Jika kita kehilangan pasar sirup jagung di Meksiko, maka tidak akan tergantikan oleh pasar lain," ujar Ketua Asosiasi Penyuling Jagung John Bode dilansir Reuters, Senin (5/6).
Sementara itu, Wakil Presiden Hubungan Pemerintah untuk Coca Cola Amerika Utara Kate Rumbaugh mengatakan, kesepakatan perdagangan antara AS-Meksiko sangat diperlukan bagi industri minuman agar mereka dapat memperluas ketersediaan minuman dan makanan bagi konsumen. Terkait masalah ini, seorang juru bicara Gedung Putih enggan memberikan komentar.
Industri AS mengatakan bahwa industri penyuling tebu tradisional seperti ASR, Domino Sugar, dan Imperial Sugar kekurangan pasokan bahan baku karena Meksiko terlalu banyak mengekspor produk gula halus. Perundingan antara AS dan Meksiko tersebut untuk memastikan bahwa keberlangsungan bahan baku bagi industri penyulingan tebu tetap tersedia. Apabila suplai bahan baku tebu terganggu, maka dapat terjadi kenaikan harga di industri pengolahannya dan menganggu persaingan pasar domestik.