REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penurunan peringkat investasi Cina oleh Moody's dari Aa3 menjadi A1, dinilai berpengaruh terhadap pasar modal Indonesia. Sebab, keputusan itu langsung memberikan sentimen negatif kepada pasar global.
''Rabu kemarin IHSG sempat turun 0,61 persen menjadi 5.695 setelah berita Moody's keluar,'' jelas Analis NH Korindo Sekuritas Bima Setiaji, saat dihubungi, Rabu (31/5).
Namun, lanjut dia, efek tersebut hanya berlaku sesaat, lantaran fundamental Indonesia sendiri membaik terutama naiknya investment grade oleh S&P. Belum lagi, investasi Cina di Indonesia didominasi oleh bisnis rill.
Moody's memangkas peringkat Cina dengan ekspektasi bahwa kekuatan finansial negeri Tirai Bambu itu akan terkikis dalam beberapa tahun mendatang. Apalagi, di kuartal I 2017 total utang Cina baik swasta maupun pemerintah sudah meningkat hingga 237 persen dari produk domestik bruto (PDB), jauh di atas negara-negara emerging market lainnya.
''Nah ini berpotensi mengancam terjadinya krisi keuangan atau perlambatan pertumbuhan dalam jangka panjang,'' ujar Bima.
Pendapat berbeda disampaikan Analis Samuel Sekuritas Lana Soelistiyaningsih. Ia menilai turunnya peringkat investasi Cina tidak akan berdampak kepada pasar modal Indonesia. Sebab, isu utang Cina sudah lama dan tidak terlalu mengkhawatirkan investor.
Karena investor yakin pemerintah Cina masih mampu mengatasi masalah itu karena pemerintah Cina masih dominan. ''Bahkan di pasar modal Cina sendiri gak ada koreksi,'' jelas dia.