REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (30/5), bergerak menguat tipis sebesar lima poin menjadi Rp 13.305, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.310 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa mata uang rupiah menguat namun cenderung terbatas di tengah masih minimnya sentimen positif yang beredar baik dari dalam negeri maupun eksternal. "Masih minimnya sentimen positif dari dalam negeri membuat laju rupiah berkurang daya dorongnya," kata Reza, Selasa (30/5).
Ia menambahkan bahwa terbatasnya laju rupiah juga terjadi karena masih adanya respon positif pasar terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS yang di atas perkiraan pasar.
Selain itu, lanjut Reza, harga minyak mentah dunia yang bergerak melemah juga turut menjadi faktor yang menahan laju rupiah. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude melemah 0,10 persen menjadi 49,75 per barel, dan Brent Crude turun 0,23 persen menjadi 52,06 per barel.
Di sisi lain, ia mengatakan bahwa perhatian pelaku pasar juga kembali tertuju pada tensi geopolitik di semenanjung Korea. Dikabarkan, Korea Utara kembali melakukan uji coba misil balistik. "Dampak yang terjadi pada geopolitik itu memicu pemintaan aset-aset safe haven kembali meningkat," katanya.
Ia mengharapkan bahwa pasar surat utang negara yang masih diminati oleh investor asing dapat membuat likuiditas dolar AS terjaga sehingga fluktuasi rupiah stabil.