Senin 29 May 2017 20:47 WIB

RPK Diharapkan Jadi Instrumen Baru Penstabil Harga

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Gita Amanda
Pekerja memindahkan bawang merah yang siap dijual dalam operasi pasar di Gudang Bulog Divre Jakarta, Senin (16/5).
Foto: Republika/ Wihdan
Pekerja memindahkan bawang merah yang siap dijual dalam operasi pasar di Gudang Bulog Divre Jakarta, Senin (16/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mulai tahun ini, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) tak lagi menjalankan operasi pasar untuk menekan gejolak harga dengan cara mengirim truk-truk berisi bahan pangan pokok ke pemukiman warga. Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Karyawan Gunarso, mengatakan sebagai gantinya Bulog kini mengembangkan Rumah Pangan Kita (RPK), yakni warung atau toko milik warga yang dijadikan sebagai jaringan outlet Bulog. 

Lewat RPK itulah, Bulog memasok bahan pangan pokok dengan harga yang terjangkau. Karyawan meyakini metode baru ini lebih efektif dijadikan sebagai salah satu instrumen penstabil harga. 

"Kalau operasi pasar itu kan dianggap seperti pemadam kebakaran saja. Kalau RPK kita harap bisa menstabilkan harga sepanjang tahun," ujarnya pada wartawan di Hotel Bidakara, Senin (29/5). 

Sejak pertama kali diluncurkan pada awal tahun lalu, Karyawan menyebut hingga saat ini sudah ada 18 ribu RPK yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah itu akan terus bertambah hingga setiap Rukun Warga (RW) paling tidak memiliki satu RPK.  

"Targetnya sampai Bulog punya outlet yang bisa merepresentasikan kegiatan stabilisasi," kata Karyawan. 

Sejauh ini, ia mengklaim kehadiran RPK berdampak positif pada upaya stabilisasi. Hanya saja ia mengakui ada beberapa hal yang masih perlu diperbaiki, terutama terkait masalah distribusi.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement