REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak melemah 12 poin menjadi Rp 13.306, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.294 per dolar AS.
"Dolar AS menguat seiring dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat kuartal pertama 2017 direvisi naik," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin (29/5).
Ia mengemukakan bahwa pertumbuhan PDB Amerika Serikat kuartal pertama 2017 direvisi naik ke 1,2 persen year on year (yoy) dari 0,7 persen YoY. Di sisi lain, lanjut dia, sentimen mengenai pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pertengahan Juni 2017 mendatang juga turut menjadi sentimen yang menopang dolar AS.
Kendati demikian, menurut dia, harga komoditas yang perlahan kembali ke tren penguatan akan menjaga dolar AS tidak terlalu kuat terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah. "Situasi itu membuat ruang penguatan rupiah diperkirakan masih ada walaupun masih terbatas," katanya.
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa pasca sentimen kenaikan peringkat utang Indonesia oleh Standard & Poor's (S&P) yang membuat rupiah terapresiasi, banyak spekulan yang memanfaatkan situasi itu untuk melakukan aksi ambil untung.
"Diharapkan Bank Indonesia melakukan intervensi terhadap rupiah untuk menghindari aksi spekulan yang dapat membuat fluktuasi tidak stabil," katanya.