Senin 22 May 2017 21:00 WIB

Bank Syariah Terus Genjot Produk Emas

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Logam Mulia, salah satu bentuk investasi syariah.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Logam Mulia, salah satu bentuk investasi syariah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun harga emas masih dalam tren penurunan, beberapa bank syariah malah menggenjot bisnis emas.

Tercatat pada perdagangan hari ini, harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) naik Rp 3.000 menjadi Rp 588 ribu per gram, naik dari Jumat akhir pekan kemarin, yang seharga Rp 585 ribu per gram. Harga tersebut masih lebih kecil dari harga emas pada akhir tahun lalu yang sempat mencapai Rp 600 ribu per gram.

Bank BJB Syariah menargetkan produk mitra emas atau gadai emas sebesar Rp 82 miliar hingga Desember 2017, sedangkan produk cicilan emas Rp 6,8 miliar. Adapun hingga April 2017, kedua produk emas ini mengalami peningkatan yang cukup bagus.

"Pembiayaan mitra emas atau gadai di tahun 2017 ini cenderung mengalami kenaikan yang dibuktikan dari outstanding per Januari 2017 sebesar Rp 68 miliar menjadi sebesar Rp 72 miliar pada April 2017, naik Rp 10 milyar atau sebesar 14 persen," ujar Direktur BJB Syariah, Hamara Adam pada Republika, Senin (22/5).

Sedangkan produk cicilan emas naik dari outstanding per Januari 2017 yang sebesar Rp 5 miliar menjadi Rp 6 miliar. Menurut Hamara, peningkatan ini membuktikan bahwa emas masih menjadi produk investasi yang potensial bagi para nasabah. Pihaknya pun optimistis dapat mencapai target yang telah ditetapkan.

Bank Syariah Mandiri atau BSM menargetkan pertumbuhan produk gadai dan cicil emas sebanyak lebih dari 20 persen sepanjang tahun ini. Menurut Senior Executive Vice President (SEVP) BSM, Niken Andonowarih meskipun harga emas masih belum naik signifikan, produk BSM masih menjadi market leader.

"Saat ini produk Gadai dan Cicil Emas BSM masih menjadi market leader di perbankan syariah. Secara year on year produk Gadai dan Cicil Emas tumbuh 29 persen year on year (yoy)," ujar Niken.

Niken menuturkan, pada Maret 2016 omset gadai dan cicil emas mencapai Rp 1,64 triliun. Adapun outstanding posisi Maret 2017 mencapai Rp 2,1 triliun atau tumbuh sebesar 29 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 (year on year).

Dari nilai tersebut, gadai emas memiliki komposisi sebesar 80 persen, sedangkan cicil emas sebanyak 20 persen. Masih sedikitnya komposisi produk cicil emas dikarenakan masyarakat masih kurang memahami keuntungan dari investasi di emas. Untuk itu, pihaknya terus mengupayakan edukasi dan sosialisasi mengenai produk cicil emas ini.

Menurut Niken, pertumbuhan produk gadai dan cicil emas ini dapat menyentuh double digit atau di atas 20 persen hingga akhir tahun. Sedangkan nilai fee based income yang bisa didapatkan dari produk gadai emas ditargetkan sebesar Rp 350 miliar hingga akhir tahun 2017, dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 240 miliar.

Untuk BRI Syariah, per kuartal I 2017, produk gadai dan cicilan emas tumbuh sebesar 10 persen dengan nilai Rp 20 miliar. Sementara untuk target, BRI Syariah tidak menargetkan nilai secara spesifik, namun target komposisi porsi gadai.

"Target per akhir tahun, komposisinya 30 persen gadai cicil dan 70 persen gadai biasa," ujar Corporate Secretary BRI Syariah, Indri Tri Handayani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement