REPUBLIKA.CO.ID, CAIRO -- Bank Sentral Mesir menaikkan suku bunga sebesar 200 basis poin atau 2 persen pada Ahad (21/5) lalu. Kenaikan suku bunga ini bertujuan untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat pengangguran.
Dilansir Reuters, Senin (22/5), pada pertemuan Komite Kebijakan Moneter, Bank Sentral Mesir menaikkan suku bunga deposito overnight menjadi 16,75 persen dari 14,75 persen. Sedangkan, tingkat suku bunga pinjaman overnight menjadi 17,75 persen dari 15,75 persen.
Ini merupakan kenaikan suku bunga pertama sejak kenaikan agresif dari 300 basis poin pada November lalu. Nilai mata uang Mesir pada November lalu menurun, dan kenaikan suku bunga dinilai sebagai langkah membantu program Dana Moneter Internasional (IMF) tiga tahun senilai 12 miliar dolar AS yang terkait dengan reformasi keuangan seperti kenaikan pajak dan pengurangan subsidi.
IMF menyatakan, penurunan inflasi adalah kunci untuk mempertahankan program reformasi ekonomi Mesir, dan menaikkan suku bunga bisa menjadi alatnya. Inflasi Mesir telah melonjak ke level tertinggi pada tiga dasawarsa sejak pelemahan mata uang, dengan inflasi di perkotaan mencapai 31,5 persen year on year. Beberapa ekonom berpendapat bahwa pelemahan mata uang tidak dapat dikoreksi oleh suku bunga yang lebih tinggi.
"Kami percaya bahwa kenaikan suku bunga di Bank Sentral Mesir bukan alat yang tepat untuk mengendalikan inflasi dan akan membuat investasi tidak rasional dengan biaya tingkat utang yang tinggi," kata sebuah catatan penelitian dari Arqaam Capital.
Sementara itu, ekonom yang disurvei oleh Reuters pekan lalu memperkirakan agar suku bunga tidak berubah. Sebanyak 13 dari 14 ekonom yang disurvei memprediksi pertumbuhan ekonomi Mesir tetap stagnan di tengah pertumbuhan kredit yang rendah di kuartal terakhir.