REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) meminta perbankan agar lebih banyak menyalurkan kredit ke sektor perikanan dan kelautan. Dengan begitu, sektor tersebut bisa berkembang.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto menyatakan, saat ini kredit perbankan ke sektor maritim dan perikanan masih rendah. "Kita harapkan visi poros maritim dunia yang ingin dicapai pemerintah dapat didukung pula oleh perbankan," ujarnya di Jakarta, Kamis, (18/5).
Ia menambahkan, saat ini Kadin bersama perbankan tengah mencari skema terbaik untuk penyaluran kredit ke sektor perikanan. Menurutnya, sektor maritim dan perikanan berpeluang sangat bagus, terutama untuk industri pengolahan serta Budi daya perikanan yang belum optimal pengembangannya.
"Masih ada potensi budidaya 90 persen. Sekarang belum optimal," ujar Yugi. Bila potensi kedua sektor tersebut digarap dengan baik, maka menurutnya, bisa mencapai 1,33 triliun dolar AS atau setara Rp 19 ribu triliun.
"Dengan potensi sebesar itu, kita harapkan minimal 10 persen dari potensi tersebut bisa digarap dengan mengusahakan aktivitas lebih bernilai tambah. Dibandingkan perikanan tangkap, seperti budidaya perairan laut," jelas Yugi.
Ia menambahkan, perikanan budidaya bisa menyumbang sekitar Rp 2.000 triliun per tahun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan asumsi itu, Yugi menyatakan, potensi produksi perikanan budidaya bisa mencapai 100 juta ton per tahun bila usaha perikanan budidaya di perairan laut (marikultur) ada seluas 24 juta hektar (ha), lalu di perairan air payau seluas tiga juta ha, serta di perairan tawar mencapai tuga juta ha.
"Maka melihat potensi besar ini, kita harap perbankan bisa lebih mudah menyalurkan kredit untuk sektor perikanan," tambahnya. Apalagi Indonesia merupakan Negara maritim juga kepulauan.