REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi (18/5), bergerak melemah sebesar delapan poin menjadi Rp 13.332, dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp 13.324 per dolar AS.
"Nilai tukar rupiah melemah sejalan dengan depresiasi kurs di kawasan Asia terhadap dolar AS," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis.
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan rupiah relatif terbatas menyusul imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) yang masih baik di tengah ekspektasi inflasi meningkat menjelang bulan puasa, situasi itu memberi sinyal ekspektasi kenaikan peringkat oleh lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) masih cukup tinggi.
"Optimisme yang justru meningkat di pasar obligasi serta masih adanya harapan perbaikan harga komoditas, bisa menjaga rupiah untuk tidak melemah terlalu dalam," katanya.
Di sisi lain, kata dia, kombinasi antara hasil kinerja keuangan perusahaan AS di kuartal pertama 2017 yang tidak sesuai ekspektasi pasar serta masih adanya kisruh di pemerintahan AS, akan menahan laju dolar AS lebih tinggi.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa meningkatnya minat pelaku pasar terhadap sejumlah mata uang safe heaven membuat laju di sejumlah mata uang di kawasan Asia mengalami pelemahan, termasuk rupiah. Ia mengharapkan bahwa sejumlah sentimen positif dari dalam negeri mengenai fundamental ekonomi, serta percepatan program infrastruktur oleh pemerintah dapat direspon pasar sehingga membalikan arah rupiah ke area positif.