REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perusahaan mobil terbesar di Amerika, Ford Motor berencana akan mempensiun dini pada 1.400 pekerjanya di Amerika Utara dan Asia. Langkah ini diambil menyusul merosotnya saham Ford sebesar 2,5 persen sejak November 2012 kemarin.
Juru Bicara Ford, Mike Moran mengatakan, kebijakan ini juga menjawab di tengah kabar bahwa Ford akan melakukan PHK terhadap 20 ribu pegawainya. Moran mengatakan, Ford memang melakukan pemotongan pekerja sebesar 10 persen atau 15 ribu pekerja setaraf manajer dan pekerja non produksi.
Langkah ini, disebut Moran, sebagai salah satu efisiensi biaya tenaga kerja. "Langkah ini dilakukan untuk mengurangi beban biaya dan melakukan efisiensi," ujar Moran seperti dilansir Reuters, Kamis (18/5).
Moran mengatakan, perusahaan berharap para pekerja mau mengajukan pensiun dini dengan tawaran biaya pesangon yang cukup. Ia mengatakan, perusahaan berharap hingga akhir September ini menjadi batas waktu para pekerja melakukan pensiun dini.
Insentif sukarela ini, dikatakan Moran, akan ditawarkan kepada 9.600 hingga 30 ribu pekerja yang mau melakukan pensiun dini. Pada 2016 lalu, Moran menjelaskan, perusahaan sudah mengurangi biaya pekerja sebesar 200 juta dolar per tahun.
Ford tercatat mengalami kenaikan laba pada 2016 sebesar 10,4 miliar dolar Amerika. Ford diperkirakan juga akan meraup keuntungan sebesar 9 miliar dolar pada 2017 ini.
Namun, melihat pangsa pasar dan melambatnya penjualan karena berkurangnya permintaan membuat perusahaan melakukan strategi jangka panjang. Sebelumnya, Ford juga sempat membatalkan pendirian pabrik di Mexico. Pada kuartal pertama tahun ini Ford tercatat juga sudah memangkas biaya produksi sebesar 3 miliar dolar menyusul adanya perlambatan pernjualan mobil.