Kamis 11 May 2017 22:02 WIB

Pertumbuhan DPK Bank Syariah Diproyeksi Naik Dua Kali Lipat

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Perbankan syariah (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Perbankan syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dari sebanyak 13 bank umum syariah (BUS) pada akhir 2017 diproyeksikan tumbuh 11,7 persen dari pertumbuhan 2016 yang sebesar 6,45 persen.

Pengamat Ekonomi Syariah, Adiwarman Karim menjelaskan, pertumbuhan DPK perbankan nasional diproyeksikan terus meningkat hingga mencapai tahun 2017. Kompetisi pemain baru dan pemain lama akan terus mewarnai perkembangan perbankan di Indonesia, khususnya dalam rangka menghimpun dana masyarakat.

Sejumlah produk ditawarkan untuk dapat menarik perhatian calon-calon nasabah maupun mempertahankan existing costumer pada setiap industri perbankan di Indonesia. Kepercayaan nasabah terhadap perbankan syariah, ditambah dengan jumlah populasi umat muslim terbesar di dunia menjadi potensi besar dan sekaligus modal utama perkembangan perbankan syariah di Indonesia.

Hal itu terbukti hingga Desember 2016 jumlah DPK BUS mengalami pertumbuhan 6,45 persen. Hingga akhir Desember 2016, selisih pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) BUS mengalami pertumbuhan, tetapi tidak lebih baik dibandingkan dengan seluruh industri perbankan, kecuali Bank BUKU 3 dan Bank Asing Non-KCBA. DPK diproyeksikan tumbuh dua kali lebih besar pada 2017 hingga mencapai 11,67 persen.

"BUS akan terus meningkatkan ekspansi DPK sehingga diproyeksikan DPK BUS akan tumbuh lebih baik di mana Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) dan Bank Asing KCBA akan berada di bawah pertumbuhan BUS," ujar Adiwarman Karim dalam hasil risetnya yang diterima Republika.co.id, Kamis (11/5).

Meskipun tingkat pertumbuhan masih berada pada dua digit, kata Adiwarman, tetapi selisih pertumbuhan BUS mengecil. Dana pensiun yang dihimpun oleh sejumlah bank syariah juga ikut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan DPK BUS. Pendanaan di sektor properti (ritel) cukup digemari bagi sejumlah BUS karena tergolong dana mahal dimana terdapat fix income di dalamnya.

Selain itu, perbankan syariah juga ikut memainkan peranan yang lebih signifikan bagi perekonomian nasional, terutama dalam mendorong pertumbuhan sektor riil. Adiwarman menuturkan, masuknya Bank Aceh ke dalam industri perbankan syariah sekaligus sebagai pelopor BUS milik Pemerintah Daerah pertama, ikut menambah pertumbuhan DPK BUS yang berasal dari dana-dana PNS yang dikelola oleh Bank Aceh.

"Konversi Bank NTB yang ditargetkan selesai pada  tahun 2018 diproyeksikan juga akan ikut memberikan tambahan DPK bagi Bank Umum Syariah di Indonesia," kata Adiwarman.

Beberapa BUS membukukan kinerja positif pada awal 2017. Bank Syariah Mandiri sebagai bank syariah terbesar dan tergabung dalam BUKU III mencatat pertumbuhan DPK dari Rp 63,16 triliun pada kuartal I 2016 menjadi Rp 71 triliun pada kuartal I 2017. Dana tersebut berasal dari simpanan berbiaya murah atau current account saving account (CASA) Rp 35,5 triliun yang tumbuh sebesar 19 persen secara yoy.

Adapun Bank BNI Syariah pada kuartal I 2017 mencatatkan pertumbuhan DPK naik sebesar 23,38 persen yoy atau tumbuh Rp 4,89 triliun menjadi Rp 25,8 triliun. Komposisi deposito sebesar 53 persen, tabungan 38 persen, dan 9 persen giro. Pertumbuhan DPK didominasi pertumbuhan tabungan yang mencapai 29,78 persen. Sedangkan pertumbuhan tertinggi kedua disumbang giro sebesar 29,67 persen yoy. Sejauh ini giro terbesar disumbang oleh Kementerian Agama serta nasabah produktif.

Sementara itu DPK BRI Syariah juga meningkat 13,45 persen year on year (yoy) menjadi Rp 23,01 triliun pada kuartal I 2017. Rinciannya, tabungan meningkat 18,92 persen, giro 28,3 persen, dan deposito 10,8 persen secara yoy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement