Kamis 11 May 2017 09:30 WIB

Indonesia Targetkan Produksi Nikel 4 Juta Ton

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Tambang nikel.
Foto: republika
Tambang nikel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia menargetkan mampu memproduksi nikel sebanyak empat juta ton pada tahun 2020 atau berkontribusi sebesar 10 persen untuk memenuhi kebutuhan dunia sebanyak 40 juta ton per tahun. 

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan mengaku optimistis dengan target tersebut karena saat ini Indonesia memiliki 32 titik proyek pemurnian dan pengolahan nikel.

“Kami optimistis, karena Indonesia memiliki 32 titik proyek pemurnian dan pengolahan nikel yang tersebar di beberapa kawasan industri, antara lain di Konawe, Kolaka, Pulau Obi, Halmahera dan Morowali,” ujar Putu dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (11/5).

Saat ini, pemasok terbanyak nikel untuk kebtuhan dunia adalah Cina yang juga sebagai pengimpor ore maupun bahan setengah jadi dari negara lain, termasuk Indonesia. Menurut Putu, di kawasan Indonesia Timur difokuskan pengembangan industri berbasis smelter khususnya berbasis bijih nikel dan stainless steel. 

Salah satunya, Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah. Kawasan ini memiliki lahan seluas dua ribu hektare yang ditargetkan akan menarik investasi sebesar 6 miliar dolar AS atau setara Rp 78 triliun, serta menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 20 ribu orang dan tidak langsung sekitar 80 ribu orang.

Kemudian, Kawasan Industri Bantaeng memiliki luas tiga ribu hektare yang diperkirakan akan menarik investasi sebesar 5 miliar dolar AS atau setara Rp 55 triliun, dengan Harbour Group bertindak sebagai investor. 

Sedangkan, untuk Kawasan Industri Konawe, diprediksi akan menarik investasi sebanyak Rp 28 triliun. Bertindak sebagai anchor industry di kawasan ini adalah Virtue Dragon Nickel Industry, dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 18 ribu orang.

“Berkembangnya industri smelter di dalam negeri, selain mampu mendorong perekonomian nasional, diharapkan juga dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat sekitar,” kata Putu. 

Untuk itu, diperlukan kemitraan strategis di antara pemangku kepentingan guna membawa kemajuan bersama. Putu mengatakan, interaksi ini mulai dari para pelaku industri, tenaga kerja hingga pemerintah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement