REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia memiliki potensi untuk mengganti kantong plastik yang tidak ramah lingkungan dengan kantong berbahan dasar rumput laut, mengingat posisinya sebagai penghasil rumput laut terbesar di dunia. Hal tersebut disampaikan oleh Cary Anne Cadman yang merupakan Senior Environment Specialist dari perwakilan Bank Dunia (World Bank) di Indonesia, usai mengisi sebuah panel bertema 'Combatting Marine Plastic Debris' dalam rangkaian diskusi kerja Indian Ocean Rim Association Blue Economy Ministerial Conference di Jakarta, Senin.
"Indonesia merupakan penghasil rumput laut terbesar di dunia dan para petani rumput laut bisa mendapatkan jalur pemasukan baru, apabila Indonesia mulai menerapkan penggunaan kantong berbahan rumput laut untuk mengganti kantong plastik," kata Cary.
Cary mengatakan sampah kantong plastik mendominasi 10 persen dari total jumlah komposisi sampah yang ditemukan di jalur air Indonesia. Kantong plastik, yang seringkali bersifat sekali pakai, memakan waktu yang sangat lama untuk dapat terurai, sehingga dapat mengganggu jalannya ekosistem alami lingkungan. Cary pun menjelaskan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki dua bahan utama yang dapat digunakan untuk mengganti bahan dasar plastik pada kantong-kantong sekali pakai.
"Yang pertama adalah rumput laut dan yang kedua adalah singkong," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan di tempat yang berbeda, bahwa pemerintah memang sedang mendorong penggunaan bahan ramah lingkungan. "Kita sedang cari aturan-aturan supaya penggunaan non-plastik ini bisa dipergunakan lebih luas. Ini berkaitan dengan masalah lingkungan," kata Menko Luhut di Tangerang, Senin.
Luhut mengatakan pihaknya menyadari bahwa industri Indonesia masih belum bisa sepenuhnya lepas dari penggunaan kemasan dengan plastik, namun ia menekankan kemasan tersebut harus tetap ramah lingkungan.