Senin 08 May 2017 20:58 WIB

Serikat Petani: Impor Bawang Putih Harus Dihentikan

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang memilah bawang putih impor di pasar tradisional. ilustrasi (prayogi/Republika).
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang memilah bawang putih impor di pasar tradisional. ilustrasi (prayogi/Republika).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hingga saat ini Indonesia masih bergantung dengan bawang putih impor. Padahal menurut Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih ketergantungan tersebut harus dihentikan.

Ia menjelaskan, bawang putih merupakan akibat liberalisasi sejak 1995 menyebabkan produksi bawang putih kian merosot karena tidak bisa bersaing dengan impor. Awalnya, Indonesia hanya mengimpor 15 persen bawang putih namun angka impor terus bertambah.

Kini produksi bawang putih dalam negeri hanya sebesar 10 persen. Sekitar 95 persen kebutuhan bawang putih diimpor dari Cina dan India. "Jadi terbalik," ujarnya kepada Republika, Senin (8/5).

Harusnya, ia melanjutkan, pemerintah mempunyai sistem untuk menghentikan impor tersebut. Apalagi Indonesia memiliki potensi untuk produksi komoditas hortikultura tersebut.

Selama ini bawang putih tumbuh baik di dataran tinggi. Namun menurutnya pemerintah bisa berusaha menemukan varietas baru yang mampu tumbuh di dataran rendah ataupun dataran sedang.

"Ini yang saya pikir tidak dikembangkan riset-risetnya, karena lebih baik impor," kata dia.

Padahal dengan pengembangan varietas baru tersebut dapat mendongkrak produksi bawang putih dalam negeri. Hal tersebut dinilai lebih baik dibanding menghabiskan devisa untuk membeli bawang putih dan komoditas impor lain termasuk kedelai dan gandum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement