REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Perusahaan startup asal Filipina, Flyspaces menangkap permintaan pasar yang tinggi akan ruang kerja dan ruang perkantoran sewa di Asia Tenggara. Perusahaan menyontek konsep Airbnb dan mengimplementasikannya untuk penyewaan ruang kantor yang fleksibel.
Pendiri Flyspaces, Mario Berta, mengatakan bahwa perusahaannya bukanlah pemain fisik di bisnis ruang perkantoran. Flyspaces hanya menjembatani pemilik hotel butik, gedung, kantor layanan, kantor jasa, atau tuan tanah yang memiliki ruang kantor tak terpakai, sehingga bisa disewakan ke pihak ketiga.
"Flyspaces menawarkan kesempatan penyewaan ruangan untuk kantor, baik itu hitungan jam atau bulanan," kata Berta, dilansir dari CNBC, Kamis (3/5).
Perusahaan konsultan properti Cushman & Wakefield tahun lalu memperkirakan 15 persen penyewaan kantor di Asia Tenggara akan berupa ruang kerja bersama pada 2030 mendatang. Ini memungkinkan pengusaha dari berbagai bisnis untuk menyewa sebuah bilik, kantor, atau suite untuk kegiatan bersama dalam waktu yang lebih efektif dan efisien.
"Mayoritas klien untuk ruang kerja dan kantor bersama di Asia Tenggara adalah pelaku usaha kecil menengah (UKM) dan perusahaan multinasional," kata Berta.
Ide Berta ini menjadi kabar baik sekaligus kabar buruk bagi pengembang di kawasan regional. Kabar baiknya adalah Asia dan dunia masih memerlukan pengembang untuk membangun gedung yang indah.
Kabar buruknya adalah pengembang harus mulai menyadari semakin sedikit pelanggan atau penyewa yang akan mengontrak di atas tiga tahun nantinya. "Monetisasi ruang akan berubah tak lama lagi," ujarnya.