Selasa 02 May 2017 15:28 WIB

Hadapi Risiko Inflasi, BPS: Waspadai Harga Bawang Putih dan Jengkol

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Pedagang memilah bawang putih impor di Pasar Induk Kramat Jati , Jakarta, Kamis (23/4). (prayogi/Republika).
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang memilah bawang putih impor di Pasar Induk Kramat Jati , Jakarta, Kamis (23/4). (prayogi/Republika).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diminta untuk mewaspadai sejumlah komoditas yang masih menyumbangkan risiko inflasi seperti bawang putih, jengkol, daging ayam ras, tomat, dan jeruk. Hal ini menyusul raihan tingkat inflasi April 2017 yang tercatat sebesar 0,09 persen (bulan ke bulan) dan 4,17 persen (tahun ke tahun).

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menilai, meski tren inflasi rendah terus terjadi sejak awal tahun, tetapi datangnya Bulan Puasa dan Lebaran patut diwaspadai. BPS mencatat, periode Puasa dan Lebaran dari tahun ke tahun selalu memberikan catatan inflasi yang mengalami kenaikan. Suhariyanto menjelaskan, meski sejak awal harga bahan pokok atau volatile foods relatif bisa dijaga bahkan cenderung mengalami deflasi, tetapi pemerintah diminta tak lengah dalam menjaga harga bahan pokok menjelang Puasa dan Lebaran.

BPS mencatat, bawang putih memberikan andil inflasi hingga 0,03 persen pada April 2017 ini. Sementara daging ayam ras dan tomat sayur memberikan andil inflasi 0,02 persen. Sedangkan jengkol dan jeruk masing-masing sebesar 0,01 persen.

Berdasarkan pantauan dari laman infopangan yang dikelola Pemprov DKI Jakarta, harga bawang putih per Selasa (2/5) berkisar di Rp 35 ribu hingga Rp 65 ribu per kilo gram (kg). Harga tertinggi tercatat di Pasar Cijantung, Jakarta Timur sebesar Rp 65 ribu per kg. Sementara harga bawang putih terendah tercatat di Pasar Ujung Menteng, Jakarta Timur dengan harga Rp 38 ribu per kg. Normalnya, harga bawang putih di pasaran berkisar antara Rp 35 ribu hingga Rp 40 ribu per kg.

"Ke depan ada beberapa komoditas bahan makanan yang perlu mendapat perhatian karena masih berikan sumbangan inflasi. Kenaikan bawang putih ke depan perlu diwaspadai dengan andil 0,03 persen," kata Suhariyanto, Selasa (2/5).

Pekan lalu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita sempat menyinggung soal kenaikan harga bawang putih di pasaran. Ia berjanji untuk menindaklanjuti dengan langkah-langkah antisipasi agar inflasi secara menyeluruh bisa dijaga, khususnya menjelang Puasa dan Lebaran.

Selain itu, BPS juga secara khusus menyinggung soal penyebab inflasi April 2017 yang lebih banyak disebabkan oleh penyesuaian tarif listrik golongan 900 Volt Ampere (VA). Penyesuaian tarif listrik dilakukan bertahap, yakni Januari, Maret, dan Mei 2017. Penyesuaian pada Maret 2017 lalu, disebut memberikan andil terhadap inflasi April 2017 hingga 0,2 persen. Alasannya, sebagian besar pelanggan listrik golongan 900 VA merupakan pelanggan pascabayar. Artinya, bila tarif listrik naik di Maret, maka imbasnya baru terasa pada April 2017. "Pascabayar pemakaian lebih tinggi dan persentase rumah tangganya lebih tinggi. Andil kepada inflasi tarif listrik 0,2 persen," ujar Suhariyanto.

Baca juga: Inflasi April 2017 di Level 0,09 Persen Terimbas Kenaikan Tarif Listrik

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement