REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Kementerian Pertanian, meminta petani di Jabar untuk segera percepat musim tanam gadu April-September 2017. Targetnya, ada 1,1 juta hektare areal sawah yang ditanami. Namun, sampai saat ini baru 130 ribu hektare yang tanam. Salah satu kendalanya, kebiasaan petani yang menunda tanam karena takut terserang hama.
Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian yang juga Ketua Upaya Khusus (Upsus) swasembada pangan Jawa Barat, Banun Harpini, mengatakan, meskipun sudah memasuki musim gadu akan tetapi curah hujan masih cukup tinggi. Karena itu, pemerintah menilai percepat tanam bisa dilakukan. Karenanya, petani didorong untuk tak menunda tanam lagi.
"Namun, kendala terbesarnya ada di petani. Yaitu, kebiasaan tunda tanam. Seperti di Karawang ini," ujar Banun, kepada Republika, Selasa (25/4).
Salah satu kebiasaan petani Karawang menunda tanam, istilahnya kemean. Jadi, mereka akan menunda tanam selepas panen musim rendeng. Tak tanggung-tanggung, tunda tanam ini berlangsung sampai dua bulan.
Alasan utama petani Karawang tunda tanam, yaitu untuk memutus siklus hama. Terutama, wereng. Padahal, lanjut Banun, berdasarkan penelitian, hama wereng bisa dicegah. Asalnya, petani bisa mengubah kebiasaan menggunakan benih padi lama dengan benih yang tahan hama.
Padahal, lanjut Banun, balai penelitian sudah merilis sejumlah varietas padi yang tahan terhadap wereng. Seperti Inpari 32. Varietas ini, sudah dipakai petani di Majalengka. Hasilnya sangat bagus. Musim tanam rendeng kemarin tak ada yang terserang hama. Bahkan, produksinya juga tak kalah bagus dari varietas Ciherang. Yaitu, mencapai 7,8 ton gabah kering pungut (GKP). "Kalau persoalan air, Karawang cukup bagus dibanding daerah pantura lain. Karena suplai dari Waduk Jatiluhur," jelasnya.
Jadi, tak ada alasan lagi untuk menunda tanam. Karena, biar bagaimanapun juga Karawang merupakan wilayah lumbung padi nasional. Ada 97 ribu areal baku sawah di wilayah ini. Khusus untuk program percepat tanam, target 30 ribu hektare, yang sudah mencapai 10 ribu hektare.
Sementara itu, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jabar, Liferdi, mengatakan, sebenarnya ada sejumlah varietas padi yang tahan wereng. Seperti, Inpari 13, Inpari 31, Inpari 32 dan Inpari 33. Varietas ini, sudah diujicobakan di Majalengka. Kalau di Karawang belum ada petani yang memakainya. "Kita menyarankan ke instansi terkait di Karawang, supaya dibuatkan demplot. Supaya, petani mau menggunakan varietas ini," ujarnya.
Bupati Karawang Cellica Nurachadiana, mengatakan, pihaknya siap mendorong program pemerintah akan swasembada pangan. Selain percepat tanam, Karawang juga berupaya untuk memberikan proteksi terhadap sektor pertanian. Salah satunya, dengan mengeluarkan kebijakan yang pro petani. "Kami punya tiga peraturan, yang saat ini pembahasannya sedang dikebut," ujarnya.
Yaitu Perda RTRW. Dalam perda ini, akan ada pengaturan wilayah untuk pertanian, industri, perumahan dan lainnya. Lalu, Perda mengenai lahan pangan pertanian berkelanjutan (LP2B). Dari 97 ribu hektare lahan baku, kita akan pertahankan lahan abadi yang tak boleh alih fungsi mencapai 89 ribu hektare. Lalu, Perda mengenai kesejahteraan petani.