Sabtu 22 Apr 2017 03:00 WIB

Indonesia Harus Klarifikasi Tudingan Perdagangan Curang

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Wakil Presiden AS Mike Pence berjalan kaki bersama saat kunjungan kenegaraan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (20/4).
Foto: Republika/ Wihdan
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Wakil Presiden AS Mike Pence berjalan kaki bersama saat kunjungan kenegaraan di Istana Negara, Jakarta, Kamis (20/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Momen kedatangan Mike Pence, Wakil Presiden Amerika Serikat ke Indonesia menjadi salah satu momentum Indonesia meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi. Salah satu cara untuk meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi, Indonesia perlu memberikan penjelasan kepada AS terkait tudingan yang dilemparkan ke Indonesia.

Peneliti Indef, Ahmad Heri Firdaus mengatakan banyak peluang yang bisa dikembangkan antara Indonesia dan Amerika. Namun, yang paling penting adalah menyelesaikan masalah yang dalam waktu dekat ini sedang mengemuka. Ia mengatakan tudingan Amerika bahwa Indonesia bertindak curang dalam perdagangan harus diklarifikasi.

"Ini harus diklarifikasi, dan kita harus jelaskan kita nggak curang. Kita dituding memberikan subsidi ekspor. Kalau melalui aturan WTO subsidi untuk ekspor emang gak boleh, kecuali subsidi dalam sisi industri. Kita dituduh itu, kita gak melakukan itu," ujar Heri saat dihubungi republika.co.id, Jumat (21/4).

Heri mengatakan defisitnya neraca perdagangan AS dengan Indonesia disebabkan AS masih sangat bergantung ekspor barang barang berbasis padat karya oleh Indonesia. Heri mengatakan, AS saat ini sudah tidak lagi memproduksi barang yang teknologi rendah, padahal masyarakat di sana masih membutuhkannya.

"Penduduk mereka masih butuh pakaian, alas kaki dan produk low tech. Mereka gak produksi lagi, mereka yang high tech. untuk support kebutuhan itu datang dari negara berkembang dan jumlahnya banyak. Apalagi amerika juga konsumtif, jadi itu semua didatangkan dari luar negaranya," ujar Heri.

Disatu sisi Indonesia juga masih menjadi penyumbang barang barang komoditas ke AS seperti Karet, CPO, Kapas dan bahan makanan. Ia mengatakan, hal ini lah yang rutin dipasok dari Indonesia, sehingga terlihat Indonesia surplus neraca perdaganganya dengan AS.

"Neraca defisit karena amaerika gak memproduksi barang industri yang berbasis teknologi rendah," ujar Heri.

Heri mengatakan sedangkan impor yang diterima Indonesia dari Amerika tak lebih banyak dibandingkan yang diekspor. Heri mengatakan impor gandum dan kedelai yang meski rutin, tapi jumlahnya masih banyak barang yang Indonesia buang ke Amerika." Kita impor mereka paling gandum, kedelai, itu rutin. Kalau alutsista kan nggak setiap bulan. Jadi wajar," ujar Heri.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement