REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Peternakan berikan bantuan sperma atau pembibitan sapi sebanyak 8.500, untuk Pemkab Cianjur, Jawa Barat, dimana bantuan tersebut diterima setelah melakukan rapat dengan DPRD Cianjur.
Wakil Ketua DPRD Cianjur, Andri Suryadinata, di Cianjur, Jumat, mengatakan, hasil dari rapat bersama dengan dirjen tersebut, Cianjur mendapatkan bantuan 8.500 bibit sapi dalam bentuk inseminasi buatan (IB). "Setelah mengadakan rapat beberapa waktu lalu, Cianjur mendapatkan bantuan di 2017 dari kementrian untuk pembibitan sapi sebanyak 8.500, dimana bantuan tersebut nantinya akan disebarkan di seluruh wilayah Cianjur," katanya.
Dia menjelaskan, bantuan tersebut nantinya akan diberikan ke Cianjur melalui pemerintah propinsi, mengingat status Cianjur yang masih bersifat penerima manfaat, sehingga bantuan tersebut akan diselaraskan dengan jadwal dari Pemprop Jabar, sesuai target penambahan suplay daging sapi yang dicanangkan pemerintah pusat.
Namun ungkap dia, bantuan terhadap peternak sapi tersebut masih ada sedikit ganjalan, dalam sektor pembinaan dari Petugas Pembantu Lapangan (PPL) yang masih minim di Cianjur. Pasalnya jumlah PPL di wilayah tersebut saat ini masih sangat minim sehingga belum bisa maksimal dalam melaksanakan program yang dicanangkan tersebut.
Dia berharap, dengan adanya bantuan IB tersebut, ke depannya Cianjur dapat berperan serta dalam program swasembada daging, mengingat potensi yang ada di wilayah tersebut sangat potensial untuk pengembangan pertanian khususnya di daerah selatan.
"Selain jumlah PPL, pengetahuan petani harus ditingkatkan serta perlindungan terhadap tengkulak yang selalu memburu petani yang memberikan harga di bawah pasaran. Persoalan paling nyata adalah penjualan anakan sapi yang masih di dalam kandungan, dengan harga yang hampir setengahnya di bawah harga pasaran," katanya.
Hal tersebut perlu dihentikan, tambah dia, baik dalam pengelolaaan yakni dalam ketersediaan pakan dan pengurusan anakan agar dapat lebih menguntungkan petani bukan menguntungkan tengkulak.
"Harganya bisa Rp 5 jutaan kalau masih dalam kandungan, kalau sudah berumur tiga sampai empat bulan harganya bisa sampai Rp 10 jutaan, untuk itu, petani harus diberi pengertian dan bimbingan," katanya.