Jumat 21 Apr 2017 14:27 WIB

Indonesia-AS Bisa Kerja Sama Global Supply Chain

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Wakil Presiden AS Mike Pence memberikan keterangan pers saat kunjungan kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (20/4).
Foto: Republika/ Wihdan
Presiden Joko Widodo (kanan) bersama Wakil Presiden AS Mike Pence memberikan keterangan pers saat kunjungan kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (20/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu kerja sama yang bisa ditingkatkan oleh Indonesia dan Amerika Serikat (AS) adalah dengan mengedepankan global supply chain. Peneliti Indef, Ahmad Heri Firdaus mengatakan, kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak bisa membawa keuntungan yang lebih bagi dua negara.

Heri mengatakan konsep global supply chain adalah dengan melibatkan kerja sama antarnegara untuk memproduksi sebuah barang. Ia mengatakan dalam memproduksi satu produk industri harus melibatkan berbagai sumber sumber produksi dari negara lain.

Hal ini bisa menjadi salah satu hal yang bisa ditingkatkan antara Indonesia dan AS. "Misalnya otomotif, karetnya dari Indonesia, apanya negara lain, AS jadi investorya. Setiap negara kan ada produk unggulannya berbeda beda, nah perbedaan itu ada kerja sama. Nah keunggulan ini, apa yang bisa diisi oleh kedua negara," ujar Heri kepada Republika, Jumat (21/4).

Heri mengatakan kerjasama ini kemudian juga bisa meningkatkan stabilitas neraca perdagangan antara Indonesia dan AS. Ia mengatakan, neraca perdagangan yang equivalent bisa meningkatkan kerja sama dan hubungan bilateral yang baik antar dua negara.

Heri mengatakan defisitnya neraca perdagangan AS dengan Indonesia disebabkan AS masih sangat bergantung ekspor barang barang berbasis padat karya oleh Indonesia. Heri mengatakan, AS saat ini sudah tidak lagi memproduksi barang yang berteknologi rendah, padahal kebutuhan masyarakat negaranya sendiri masih membutuhkan barang produksi teknologi rendah.

"Penduduk mereka masih butuh pakaian, alas kaki dan produk teknologi rendah. Mereka gak produksi lagi, mereka yang high tech. Untuk mendukung kebutuhan itu datang dari negara berkembang dan jumlahnya banyak. Apalagi AS juga konsumtif, jadi itu semua didatangkan dari luar negaranya," ujar Heri.

Disatu sisi Indonesia juga masih menjadi penyumbang barang barang komoditas ke AS seperti karet, CPO, kapas dan bahan makanan. Ia mengatakan, hal ini lah yang rutin dipasok dari Indonesia, sehingga terlihat Indonesia surplus neraca perdaganganya dengan AS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement