Rabu 19 Apr 2017 20:10 WIB

Pasokan Sembako Satu Harga Belum Merata di Indonesia Timur

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Nidia Zuraya
Sembako di pasar tradisional (Ilustrasi)
Foto: infogress.com
Sembako di pasar tradisional (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasokan sembako dengan kemasan sederhana yang dijual dengan harga murah belum merata di Indonesia bagian timur. Termasuk juga kebijakan sembako satu harga.

Ketua Umum asosiasi pengusaha ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mendey mengatakan, keterbatasan pasokan tersebut membuat sejumlah toko ritel di Indonesia timur kehabisan stok gula dan minyak goreng kemasan sederhana yang dapat dijual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah disepakati bersama antara pemerintah dengan pelaku usaha. 

Roy menjelaskan, sejumlah produsen minyak goreng menyampaikan pada peritel bahwa stok yang dapat dijual dengan HET Rp 11 ribu per liter jumlahnya terbatas. Sebab, banyak produsen​ yang biasanya hanya memproduksi minyak goreng premium dengan harga jual yang lebih tinggi.

"Sekarang ada semangat dari produsen untuk menyediakan juga minyak goreng kemasan sederhana. Mereka sudah menyampaikan ke peritel bahwa saat ini sedang menyiapkan pasokan, tapi mekanisme ini butuh waktu," tutur Roy, saat dihubungi Republika, Rabu (19/4). 

Ia berharap, pasokan tersebut dapat membantu memenuhi kebutuhan toko ritel modern yang ada di luar Jawa, khususnya di Indonesia bagian timur. 

Kebijakan satu harga untuk tiga komoditi pangan telah resmi berjalan sejak 10 April lalu. Harga eceran tertinggi telah ditetapkan untuk gula (Rp 12.500 per kilogram), minyak goreng (Rp 11 ribu per liter) dan daging beku (Rp 80 ribu per kilogram).

Selama sepuluh hari pelaksanaan, Roy mengaku ada peningkatan transaksi akibat adanya penurunan harga dibanding harga jual sebelumnya. Kenaikan harga di tiap toko bervariasi karena masing-masing daerah memiliki kebutuhan yang berbeda. "Saya amati rata-rata kenaikannya 10-15 persen."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement