REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suharyanto mengungkapkan, nilai ekspor Indonesia pada Maret 2017 mencapai 14,59 miliar dolar AS. Angka tersebut meningkat 15,68 persen dibanding Februari 2017.
Sementara dibandingkan Maret 2016 angkanya meningkat 23,55 persen.''Ini berita yang menggembirakan,'' kata Suharyanto, dalam keterangan persnya, di Kantor BPS Pusat, Jakarta, Senin (17/4).
Ia menjelaskan, total nilai ekspor 14,59 miliar dolar AS itu didominasi oleh ekspor migas sebesar 90 persen, dan nonmigas 10 persen. Ekspor migas selama Maret 2017 tercatat mencapai 1,48 miliar dolar AS atau naik 23,56 persen dibanding Februari 2017.
Sementara volume ekspor dari Maret ke Februari 2017 naik 18,27 persen. Peningkatan ekspor migas disebabkan oleh meningkatnya ekspor hasil minyak 59,95 persen, menjadi 150 juta dolar AS dan gas naik 2,94 persen menjadi 717,0 juta dolar AS. Ekspor minyak mentah juga naik 50,42 persen menjadi 613,1 juta dolar AS.
Sementara itu, volume ekspor migas sepanjang Maret 2017 untuk hasil minyak naik 46,23 persen, dan minyak mentah naik 45,62 persen, sedangkan gas naik 0,2 persen.
''Itu yang menyebabkan ekspor migas naik 23,56 persen,'' jelas Suharyanto.
Sedangkan untuk ekspor nonmigas nilainya naik 14,58 persen, sementara volumenya naik 27,06 persen. Peningkatan terbesar ekspor nonmigas selama Maret 2017 terjadi pada barang tambang mineral senilai 459,4 juta dolar AS (32,84 persen).
Sedangkan penurunan terbesar terjadi pada berbagai produk bahan kimia sebesar 31,8 juta dolar AS (9,05 persen). Komoditi lainnya yang juga meningkat nilai ekspornya adalah karet, barang dari karet, bijih, kerak, dan abu logamm mesin/peralatan listrik, bubur kayu/pulp.
Sedangkan Komoditi yang menurun selain berbagai produk kimia adalah ampas/sis industri makanan, daging dan ikan olahan, produk industri farmasi, serta minyak atsiri, kosmetik wangi-wangian.