Ahad 16 Apr 2017 15:53 WIB

Kesenjangan Tetap Tinggi Meski Dana Daerah Naik, Ini Penyebabnya

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Nur Aini
Pengamat Ekonomi Ichsanuddin Noorsy
Foto: Antara
Pengamat Ekonomi Ichsanuddin Noorsy

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesenjangan di daerah semakin meningkat meski dana yang disalurkan ke daerah ditingkatkan hingga 9 kali lipat sejak 2001. Ekonom Ichsanuddin Noorsy menilai, ada tiga penyebab mengapa kesenjangan tetap tinggi meski dana daerah terus naik.

Pertama, kata dia, karena terjadi konsentrasi bisnis. Sehingga, walaupun transfer dana membesar, tapi karena perputaran bisnis hanya dirasakan segelintir orang, transfer itu akhirnya hanya didapatkan segelintir orang.

''Kasus Jakarta jadi contoh paling saklek. Karena lelang-lelang yang dilakukan membuat orang kaya makin kaya,'' kata Noorsy, saat dihubungi, Ahad (16/4).

Kedua, kata dia, potensi bisnis di daerah juga tidak mampu berkembang. Sebab, kalau dilihat dari kue pembangunan, Pulau Jawa tetap mendominasi mendominasi hingga 58 persen. Dari besaranya kue pertumbuhan di Pulau Jawa, konsentrasi kebijakan perekonomian juga tidak menghasilkan apapun.

Terakhir, Noorsy menuturkan, sumber daya alam yang ada di daerah hanya ditarik ke Jakarta. SDA tersebut tidak dimanfaatkan untuk pembangunan di daerah masing -masing. ''Jadi daerah tidak merasakannya,'' ujarnya.

Selain itu, dana -dana yang ditransfer ke daerah, karena tidak terpakai dengan baik, maka disimpan ke perbankan dalam bentuk deposito. Namun, karena bisnis di daerah tidak berjalan, maka perbankan melempar dananya ke Jakarta karena uang di daerah tidak laku.

Menurut dia, kesenjangan regional itu hanya dampak dari pemusatan pertumbuhan ekonomi. Indikator yang paling gampang adalah dengan adanya perputaran dana simpanan pihak ketiga. ''Itu bukti kebijakan pembangunan belum berhasil, ada kesalahan permanen, kegagalan sistem,'' ucap Noorsy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement