REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Growpal, sebuah startup bidang financial technology (fintech), sukses meraih pasar ekspor komoditas kerapu dan udang. Padahal, pemiliknya tak berlatar bidang teknologi informasi komunikasi/TIK.
Menurut CEO Growpal, Achmad Rizqi Akbar, perusahannya sejak awal tahun ini sudah menerima dana dari investor kisaran Rp 3 miliar dengan rerata ekspor kerapu 400 ton dan udang 50 ton per bulan. Pasar ekspor primer perusahaannya, ada di semua negara kawasan Asia Tenggara, sisanya dalam jumlah kecil di Hongkong dan Amerika Serikat.
"Saya baru masuk industri fintech awal 2017, tak punya latar fintech apalagi coding, namun Indigo.id membuat saya melek industri digital," ujar pria yang berlatar belakang Sarjana Perikanan Universitas Brawijaya, Malang, angkatan 2010 itu.
Menurut Akbar, tanpa latar TIK, dua tahun sebelumnya dia sudah berbisnis ikan dan udang secara konvensional. Namun, Ia berusaha meningkatkan skala bisnis di sektor digital meski awalnya tak tahu persis cara masuknya bagaimana.
Growpal, kata dia, lalu mencoba masuk seleksi program batch II Indigo.id pada pertengahan tahun lalu dan dinyatakan lulus seleksi pada 8 November 2016 lalu.
Growpal ini, terpilih sebagai peserta inkubator jenis product validation (pengguna menyukai aplikasi) Indigo.id. Jadi, Growpal pun mendapatkan inkubasi dan mentoring, dan memperoleh injeksi sebesar Rp120 juta.
Saat ini, perusahaan rintisan asal Surabaya ini sedang dalam tahap seleksi market validation atau siap menjadi mesin bisnis untuk kemudian memperoleh injeksi hingga Rp1 miliar lebih.
Growpal sendiri digawangi anak muda rerata usia 20 tahun-an, seperti CEO berusia 23 tahun. Sisanya seumuran, yakni mereka adalah Shahriansyah Candraditya (CMO), Paundra Noorbaskoro (CPO), dan Raka Kurnia Novriantama (CTO).
Jenis fintech yang mereka lakukan adalah menghubungkan netizen sebagai investor kepada peternak komoditas perikanan pasar ekspor di bidang kerapu dan udang. Investasi awal kerapu sekitar Rp20 juta dan udang Rp200 juta, tingkat return of investment (RoI) diklaim paling tinggi dari fintech sejenisnya yakni antara 35-50 persen.
Rizqi, mengatakan, peternak ikan mereka saat ini berada di kawasan Pacitan dan Sumbawa (udang) serta Situbondo, Banyuwangi, dan Bali (kerapu). "Inkubasi Indigo.id membuat saya kemudian menerapkan pola agen Growpal di sentra peternakan kami," katanya.
Jadi, kata dia, agen Growpal ini lah yang menjadi supervisor, mengawasi agar peternak menerapkan standar operasi yang ditetapkan agar memenuhi standar ekspor.
Sejauh ini, kata dia, pola fintech yang diterapkan relatif berhasil karena dana kelolaan terus bertambah. Sementara dari sisi produksi, pengiriman komoditas pun masih belum bisa memenuhi keinginan buyer dari luar.
Dari ekspor kerapu 400 ton, kata dia, permintaan pasar sebetulnya mencapai 3000 ton sedangkan ekspor udang 50 ton baru memenuhi 1/4 kebutuhan. Ini belum mencakup potensi pasar ekspor ikan lainnya.
"Kami memenuhi dulu kebutuhan operasional peternak, kami talangi sebelum investor ke Growpal masuk," kata Rizqi seraya berharap dengan pola fintech, akan semakin banyak investor yang mau tanam uangnya, sehingga total kebutuhan pasar bisa dipenuhi.
Rizqi dan kawan-kawan juga berusaha mendekatkan diri dengan investor antara lain dengan rencana memindahkan kantor utamanya dari Surabaya ke Jakarta dalam beberapa saat ke depan.