Kamis 06 Apr 2017 19:14 WIB

Faktor Ini Picu Pertumbuhan Ekonomi Awal Tahun Bisa Tembus 5 Persen

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Foto: pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah merasa yakin pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2017 bisa tembus 5,0 persen. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, optimisme ini muncul lantaran musim panen tahun ini jatuh pada Maret sehingga imbas positif terhadap pertumbuhan sudah bisa dirasakan di kuartal pertama.

Hal ini berbeda dengan kondisi pada 2016 lalu di mana musim panen yang datang terlambat membuat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi baru dirasakan di kuartal kedua 2016. Catatan pemerintah, pertumbuhan ekonomi kuartal I 2017 sebesar 4,92 persen dan pertumbuhan untuk kuartal II sebesar 5,18 persen.

"Saya kok perkiraan saya 5 persen kuartal I. Tahun lalu kan 4,92 persen. Tahun lalu sektor pertanian, panen melambat. Nah tahun ini benar sudah, jadi pangan anak naik produksinya," ujar Darmin di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (6/4).

Tak hanya itu, Darmin juga memandang bahwa kinerja investasi dalam negeri sepanjang kuartal pertama tahun ini cukup positif. Meski ia meyakini pertumbuhan investasi tidak akan setinggi periode yang sama tahun lalu, tetapi ia tetap meyakini pertumbuhan ekonomi dari seluruh motor penggerak bisa mendorong ke angka 5 persen.

Sementara itu, Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan bertahan di angka 5,1 persen sepanjang 2016. Dalam laporannya, ADB mengingatkan pemerintah bahwa iklim investasi yang bisa dijaga dan kinerja ekspor yang membaik menjadi kunci pertumbuhan Indonesia tahun ini.

ADB juga memperkirakan pengeluaran rumah tangga akan meningkat tahun ini, dibantu oleh pulihnya harga komoditas, perluasan program dana desa, dan juga peningkatan upah minimum. ADB menyebutkan, belanja infrastruktur publik diperkirakan akan meningkat pada 2017, selaras dengan alokasi anggaran pemerintah. Tak hanya itu, investasi swasta juga diperkirakan naik karena bertambahnya pendapatan dari ekspor komoditas dan dampak dari reformasi struktural baru-baru ini yang bertujuan untuk menghilangkan hambatan regulasi serta membuka sektor-sektor baru bagi investor asing.

Seiring membaiknya harga komoditas internasional, seperti batu bara dan minyak bumi, prospek ekspor Indonesia diperkirakan akan meningkat. Sementara itu, dengan adanya peningkatan permintaan domestik, impor juga diperkirakan akan tumbuh meskipun dengan laju yang lebih lambat, dan perbedaan ini diperkirakan akan secara bertahap dapat membantu menurunkan defisit transaksi berjalan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement