REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian tengah menyiapkan satu skema yang bertujuan mengoptimalkan integrasi antara industri hulu dengan industri hilir. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, skema ini akan mencakup integrasi dari mulai bahan baku, proses produksi, jasa terkait, produk akhir hingga menjadi produk daur ulang.
"Skema ini penting untuk meningkatkan daya saing industri nasional ke depan," ujar Menperin, melalui keterangan pers tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (23/3).
Adapun sektor yang akan didorong yakni industri padat karya yang berorientasi ekspor, seperti industri barang jadi karet, industri farmasi dan obat tradisional, industri kosmetika, industri tekstil, industri aneka dan industri kreatif.
Airlangga mencontohkan, Indonesia memiliki area perkebunan karet paling luas di dunia yang mencapai 3,64 juta hektare. Dari total luas area tersebut, Indonesia mampu memproduksi 3,16 juta ton karet pada 2016. Di sektor hilir, karet mentah kemudian diolah oleh industri ban, sarung tangan karet, dan komponen otomotif. Industri hilir yang mengolah karet saat ini tercatat ada 308 perusahaan dengan kapasitas produksi 1,4 juta ton per tahun.
Dengan terintegrasinya sektor industri, pemerintah berharap ke depan ada dampak positif terhadap kinerja manufaktur dan penyerapan tenaga kerja. “Jika estimasi dari pertumbuhan industri dari agro, logam maupun petrokimia dalam tiga tahun ke depan bisa berjalan sesuai rencana, kami harapkan ada tambahan 500 ribu tenaga kerja yang diserap dengan berjalannya proyek,” kata Airlangga.
Kemenperin mencatat, mulai 2017-2020 akan ada 89 proyek investasi dengan nilai mencapai Rp 527,5 triliun dan ditargetkan menyerap tenaga kerja 544 ribu orang. “Sasaran utama pembangunan industri nasional pada tahun 2017, antara lain pertumbuhan industri pengolahan non-migas sekitar 5,4 persen dan peningkatan jumlah tenaga kerja sektor industri menjadi 16,3 juta orang,” ucap Menperin.