REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Direktur Bisnis PLN Regional Sulawesi dan Nusa Tenggara Machnizon Masri mengatakan PLN berencana menambah pembangkit baru di Taliwang, Sumbawa Barat. PLTU Taliwang berkapasitas 2x7 MW ini ditargetkan mulai beroperasi pada akhir tahun ini.
"Untuk PLTU Taliwang ini sudah mencapai 75 persen. Kami berusaha satu unit dapat beroperasi di akhir tahun ini," ujar Machnizon dalam rilis yang diterima Republika di Mataram, Kamis (16/3).
Kendati begitu, untuk pengoperasian PLTU Taliwang saat ini masih terkendala izin pembangunan jetty (dermaga) yang belum dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Ia menilai, keberadaan jetty tersebut menjadi faktor penting dalam operasional PLTU, yaitu untuk menyuplai batu bara yang akan menjadi bahan bakar pembangkit tersebut. Namun pihak Pemerintah KSB memberikan solusi untuk menggunakan Pelabuhan Lalar yang berjarak lebih dari 10 km dan menjamin kelangsungan distribusi batu bara dari Pelabuhan Lalar ke lokasi pembangkit tersebut.
Ia menambahkan, beroperasinya PLTU Taliwang membuat daya mampu di Sumbawa meningkat menjadi 64 MW dengan beban puncak sebesar 47 MW. Sehingga memiliki cadangan daya sebesar 17 MW. "Pembangkit ini penting untuk keandalan listrik di Pulau Sumbawa, apalagi jika nanti jaringan Sumbawa-Bima sudah interkoneksi, listrik di seluruh Pulau Sumbawa akan semakin kuat," ucap dia.
Ia melanjutkan, penambahan pembangkit-pembangkit baru ini diharapkan dapat mendorong peningkatan angka rasio elektrifikasi di NTB. Hingga akhir 2016, rasio elektrifikasi di NTB mencapai 77,68 persen dari target 75,9 persen. Sementara pada 2019, ditargetkan rasio elektrifikasi NTB telah mencapai 88,5 persen. "Tapi kami berusaha di Tahun 2019 bisa mencapai 95 persen," ungkap dia.
Selain itu, melihat ketersediaan daya listrik yang ada, Machnizon berharap pemerintah dapat mendorong investor untuk membangun bisnisnya di NTB. Selain untuk meningkatkan perekonomian daerah, hal ini juga agar ketersediaan daya listrik yang ada dapat diserap secara maksimal.