REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kinerja PT Pertamina Persero pada 2016 dinilai positif. Direktur Gas Pertamina yang sebelumnya menjabat sebagai pelaksana tugas Direktur Utama, Yenni Andayani, mengatakan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) menunjukkan hal itu.
"Untuk kinerja 2016, alhamdulillah kinerja kami dianggap sangat baik, terutama dari finansialnya," kata Yenni dalam konferensi pers di Kantor Pusat Pertamina di Jakarta, Kamis (16/3).
Ia menerangkan laba bersih Pertamina naik dua kali lipat dari periode 2014 ke 2016. Pada tahun ini keuntungan bersih perusahaan pelat merah tersebut sekitar 3,15 miliar dolar AS.
"Ini prestasi yang menggembirakan untuk Pertamina. Trennya tidak selalu menggembirakan. Dari Oktober hingga Desember 2016 ada perlambatan di pertumbuhan. Tak seperti di awal-pertengahan tahun. Ini yang mesti diwaspadai," tutur Yenni.
Ia melanjutkan ebitda margin Pertamina terus membaik. Pada 2014 sekitar 8,20 persen, kemudian tahun lalu 20,73 persen. "Hal ini menunjukkan Pertamina mampu melaksanakan program-program efisiensi mendukung kinerja finansial keseluruhan," ujar Yenni.
Ia mengatakan Pertamina perusahaan energi yang bergantung pada minyak dan gas. Faktor naik turunnya harga minyak, jelas dia berpengaruh pada kinerja. Menurutnya itu faktor eksternal yang tidak bisa dikontrol.
Namun, lanjut Yenni, melalui beberapa proyek tahun lalu, Pertamina mampu melakukan efisiensi sampai 2,67 miliar dolar AS. "Itu jumlah yang sangat signifikan, biarpun dilakukan terus menerus belum tentu akan sama seperti di 2016," tuturnya.
Yenni menegaskan sejak Pertamina mendeklarasikan diri sebagai perusahaan energi global, upstream jadi fondasi utama. Pertamina, kata dia terus berekspansi ke luar negeri. "Aset kita tersebar bukan cuma di Indonesia, tapi juga di seluruh ASEAN, Afrika, bahkan ada yang sampai di Gabon dan Tanzania," ujarnya.
Ia melanjutkan Pertamina memastikan diri sebagai penyuplai kebutuhan energi nasional. Artinya perusahaan harus bekerja keras memastikan jangan sampai ada kekosongan. Beberapa inovasi pemasaran juga dilakukan.
Mengenai proyek pengembangan dan pembangunan kilang, Pertamina, jelas dia membutuhkan dana besar sekitar 35 miliar dolar AS. Tak sekedar bangun kilang, Pertamina harus memastikan produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan nasional di masa mendatang.
"Jadi pada 2020, target euro V yang sudah dicanangkan pemerintah bisa terpenuhi dengan adanya kilang-kilang baru tersebut," tutur Yenni.