Selasa 14 Mar 2017 01:37 WIB

Pengamat: Tekan Biaya, MRT Perlu Diintegrasikan dengan KRL Commuterline

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Nidia Zuraya
 Pekerja menyelesaikan proyek mass rapid transit (MRT) Jakarta, Selasa (24/1).
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja menyelesaikan proyek mass rapid transit (MRT) Jakarta, Selasa (24/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat transportasi, Danang Parikesit, mengatakan, sangat bagus di dalam pengembangan jaringan jika mass rapid transit (MRT) bertemu dengan moda kereta rel listrik (KRL) atau Commuter Line. Sebab, menurut dia, MRT tidak bisa berdiri sendiri.

Hal tersebut, kata Danang, terkait dengan perpanjangan rute dari Bundaran HI-Kampung Bandan menjadi Bundaran HI-Ancol Timur. Sedangkan KRL sudah menyediakan rute Kampung Bandan-Ancol.

"MRT itu nggak bisa berdiri sendiri, dia harus ada integrasi dengan jaringan kereta Commuter terus ada keterkaitan dengan jaringan Transjakarta," ujar Danang kepada Republika, Senin (13/3).

Ia kemudian menyarankan light rapid transit (LRT) yang digagas oleh PT Jakarta Propertindo juga terintegrasi dengan MRT dan KRL. Sehingga, Danang mengatakan, antara satu moda transportasi dengan moda transportasi yang lainnya memiliki simbol-simbol integrasi.

"Dengan demikian akan saling menguatkan jumlah penumpang akan meningkatkan jumlah penumpang dan aspek komersial dari pengembangan stasiunnya," katanya.

Selain itu, kata Danang, tantangan saat ini adalah bagaimana menyatukan moda transportasi. "Supaya nanti stasiunnya, terutama itu menjadi tempat bertemunya berbagai moda (transportasi)," ujarnya.

Sisi lain, perpanjangan rute Bundaran HI-Kampung Bandan menjadi Bundaran HI-Ancol Timur membutuhkan dana tambahan sebesar Rp 11,7 triliun. Dana tambahan tersebut didapat dari pinjaman.

Untuk memperingan biaya ini, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) ini mengusulkan pembentukan join company atau perusahaan gabungan, yang anggotanya beberapa perusahaan moda transportasi seperti PT MRT Jakarta, LRT (PT Jakarta Propertindo), PT KAI Commuter Jabodetabek, PT Transportasi Jakarta (Transjakarta).

"Perusahaan patungan sehingga biayanya bisa ditanggung bersama-sama, lebih ringan harusnya," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement