REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, pertumbuhan pelaku usaha informal dengan modal relatif kecil namun mampu menyerap cukup abnayk tenaga kerja justru tumbuh pesat di Indonesia bagian timur.
Pertumbuhannya akan semakin besar bila dihitung pula pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di sektor formal dengan modal cukup besar. Namun prinsipnya tetap sama, yakni ada tren peningkatan masyarakat yang memilih membuka usaha sendiri.
Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menjelaskan, bila semua usahawan di Indonesia disebut wirausaha, maka pada tahun 2016 jumlah wirausaha non-pertanian mencapai 26,7 juta usaha. Angka ini bahkan menyentuh sekitar 11 persen dari jumlah penduduk Indonesia, dan naik 17 persen dibanding tahun 2006.
"Semakin ke Timur, pertumbuhan jumlah usaha semakin cepat. Saya lebih melihat karena potensi usaha di Timur banyak yang belum tergali," ujar Sasmito, Senin (13/3).
Urutannya, pertumbuhan wirausaha terpesat dialami oleh masyarakat Maluku dan Papua, kemudian Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sumatra, dan terakhir Jawa. Ia menilai, pertumbuhan wirausaha di Jawa justru paling kecil lantaran potensi usaha di Jawa sudah tergarap cukup banyak.
Berbeda dengan daerah lain seperti di Indonesia timur di mana masyarakatnya baru mulai melirik jenis-jenis usaha kreatif yang kini semakin marak. Diberitakan sebelumnya, rasio wirausaha Indonesia mengalami kenaikan menjadi 3,1 persen dari total penduduk, dari angka tahun 2016 sebesar 1,67 persen.