Sabtu 11 Mar 2017 05:00 WIB

BEI: Kondisi Politik tak Pengaruhi Pasar Modal

Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menegaskan bahwa pengaruh politik di dalam negeri seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta yang saat ini sedang ramai tidak mempengaruhi industri pasar modal. "Secara historis, politik tidak mempengaruhi kinerja industri, jangan dilihat secara harian, kinerja pasar modal itu yang dilihat tren kinerjanya," ujar Tito Sulistio di sela seminar "Underwriting Network 2017" di Denpasar, Jumat.

Merujuk ke sejarah, Tito mengungkapkan saat Pemilihan Presiden tahun-tahun sebelumnya yang bahkan lebih ramai dari Pilkada, kinerja pasar modal yang salah satunya dapat dilihat dari indeks harga saham gabungan (IHSG) cenderung positif. Dalam data BEI tercatat, kinerja IHSG di sepanjang tahun ini masih membukukan hasil positif, yakni meningkat 1,77 persen menjadi ke level 5.390,68 poin.

Hal senada juga dikatakan pengamat pasar modal dari PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya. Ia menilai bahwa situasi politik di dalam negeri berkenaan dengan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua tidak membuat investor, terutama lokal untuk berinvestasi di pasar modal. 

Menurut William, kinerja IHSG tahun ini yang cenderung mendatar diakibatkan oleh belum adanya kepastian kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat (the Fed) mengenai suku bunga acuannya. "Sentimen eksternal itu yang membuat sebagian investor mengambil posisi 'wait and see' sehingga pergerakan IHSG cenderung mendatar," katanya.

William menjelaskan sebagian pelaku pasar, terutama asing, cenderung memilih untuk menarik dananya dari bursa di negara-negara berkembang, termasuk di Bursa Efek Indonesia. "Intinya, ada 'uncertainty' yang membuat investor berpikiran jangka pendek," katanya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, mengatakan faktanya pemerintah sekarang harus berhadapan dengan kenyataan perlambatan ekonomi global yang dapat mempengaruhi investasi. "Dari survei ada, dua hal yang membuat momentum perbaikan ekonomi, 'reshuffle' dan amnesti pajak. Orang melihat ada harapan," katanya. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement