REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) Persero diminta mengembangkan produksi tebu di Pulau Madura. Salah satu caranya dengan menaikkan harga beli dari petani.
Gubernur Jatim, Soekarwo, mengatakan, pengembangan produksi tebu di Madura dapat mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat setempat. Ia menyebutkan, tingkat kemiskinan di Jatim sebesar 11,85 persen. Warga miskin paling besar tercatat di Madura.
“Di pantai Madura masih banyak lahan kosong, ini sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk kebun tebu tanah kering. Dulu pernah dikembangkan tapi berhenti karena mahalnya ongkos angkut, melewati Jembatan Suramadu. Saya harap PTPN X bisa mengembangkan ini,” kata Soekarwo saat menerima Direksi baru PTPN X di Ruang Kerja Gubernur Jatim, Jalan Pahlawan 110 Surabaya, Jumat (10/3).
Dia menjelaskan Jatim memiliki kultur agro berupa tebu. Permasalahan yang dihadapi, ada beberapa wilayah yang kelebihan produksi tebu, namun ada juga yang kekurangan. Misalnya, Malang kelebihan produksi tebu sehingga pabriknya kewalahan untuk memproduksi menjadi gula. “Kalau tebu surut, produksi padi dan jagung malah tinggi, dan sebaliknya,” ujarnya.
Soekarwo juga menyinggung terkait penutupan beberapa pabrik gula. Menurutnya, penutupan ini bukan sekedar masalah efisiensi. Terlebih, BUMN diharuskan memiliki fungsi sosial. “Kalau mau efisiensi ya haknya, tapi tugas Gubernur adalah mengatur keadilan sosial. Pertimbangan sosiologis tentang keadilan harus masuk dalam keputusan soal gula ini,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Utama PTPN X Dwi Satriyo Annurogo, mengatakan, kunjungan ini merupakan silaturahmi para direksi baru PTPN X yang dilantik pada 24 Februari 2017. Menurutnya, PTPN X fokus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama petani tebu. “Dari target 2017 sebesar 419 ribu ton gula, PTPN X menyediakan lahan tebu seluas 64 ribu hektar,” ungkapnya.