Kamis 09 Mar 2017 17:58 WIB

Krisis Garam tak Pengaruhi Industri Makanan

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Dwi Murdaningsih
 Pedagang menunjukan garam di Pasar Tebet Timur, Jakarta, Ahad (5/3).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pedagang menunjukan garam di Pasar Tebet Timur, Jakarta, Ahad (5/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Krisis garam konsumsi yang sedang terjadi di Indonesia tak memberi pengaruh signifikan pada industri makanan. Ketua gabungan pengusaha makanan dan minuman (Gappmi) Adhi S Lukman mengatakan, menipisnya stok garam lokal memang membuat harga menjadi naik. Saat ini, menurut dia, kenaikannya rata-rata 20 persen dari kondisi normal.

PT Garam Eksekusi Impor Bulan Ini

Namun begitu, kenaikan harga tersebut tak lantas membuat pengusaha menaikkan harga makanan yang mereka produksi. "Sampai saat ini belum naik, karena krisis garam ini sifatnya sementara," ujar Adhi, saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (9/3).

Impor Garam Diminta Terbatas, Ini Sebabnya

Lagipula, sambung dia, hanya sedikit industri yang menggunakan garam lokal sebagai bahan baku untuk campuran makanan. Menurut Adhi, sekitar 80 persen garam yang dipakai untuk campuran makanan adalah garam impor yang khusus untuk industri. Garam industri memiliki kualitas dan ketahanan yang lebih baik dibandingkan garam konsumsi lokal. Karenanya, lebih cocok untuk industri.

"Tapi kalau untuk proses water treatment bisa pakai garam lokal," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement