Senin 06 Mar 2017 16:37 WIB

Empat Gerai Lotte di Cina Tutup Akibat Ketegangan Politik Seoul-Beijing

Pusat perbelanjaan Lotte Mart
Foto: Blogspot
Pusat perbelanjaan Lotte Mart

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Perusahaan pengecer asal Korea Selatan, Lotte Group, pada Senin mengaku harus menutup empat toko di China setelah diperiksa petugas setempat.

Lotte menyediakan tanah di Korea Selatan untuk sarana tata pertahanan peluru kendali asal Amerika Serikat bernama Terminal High Altitude Area Defense (THAAD). Beijing mengecam langkah tersebut karena radar THAAD bisa mencapai wilayah mereka.

Sementara itu, Cina adalah pasar terbesar luar negeri bagi Lotte Group dengan nilai penjualan tahunan lebih dari 2,6 miliar dolar AS pada 2015.

Juru bicara Lotte Mart mengatakan bahwa empat toko di Dandong, Changzhou, dan dua tempat lain, ditutup pada pekan lalu setelah petugas China melakukan pemeriksaan. Lotte Mart hingga Januari mempunyai 115 toko di berbagai kota Cina.

Penutupan itu terjadi setelah Lotte International Co Ltd menyetujui tawaran pertukaran tanah dengan pemerintah Korea Selatan pada pekan lalu. Tanah itu akan menjadi tempat berdirinya sistem anti-rudal THAAD yang ditujukan untuk merespon ancaman dari Korea Utara.

Lihat juga: General Motors Umumkan Penjualan Opel dan Vuaxhall ke Peugeot

Pada Senin (6/3) pagi, militer Korea Selatan mengatakan bahwa tetangganya di utara telah menembakkan sejumlah rudal balistik dari wilayah Tongchang-ri. Presiden sementara Korea Selatan, Hwang Kyo-ahn pada hari yang sama menegaskan bahwa pihaknya harus segera menyelesaikan pembangunan THAAD untuk mempertahankan diri terhadap agresi dari utara.

Beijing keberatan atas pembangunan sistem rudal tersebut karena mempunyai radar jarak jauh yang bisa digunakan untuk memata-matai pertahanan Cina. Otoritas Cina diduga melakukan sejumlah tindakan balasan terhadap instalasi THAAD. Selain harus menutup empat toko ritel, anak perusahaan Lotte Group lainnya pada pekan lalu juga diserang peretas yang menggunakan alamat protokol internet dari Cina.

Pada Kamis (2/3) pekan lalu, Kementerian Pariwisata Cina memerintahkan empat agen perjalanan di Beijing untuk berhenti menjual paket wisata ke Korea Selatan dimulai pada 15 Maret mendatang. Perusahaan Cina juga membatalkan rencana pengiriman 5.000 tenaga kerja ke kota Incheon, Korea Selatan, pada April.

Akibat dari kebijakan diskriminasi dari Cina tersebut, saham-saham perusahaan Korea Selatan yang bergerak di sektor pariwisata, kosmetik, dan transportasi udara terus mengalami penurunan dari Jumat (3/3) sampai Senin (6/3).

Dalam menanggapi keadaan tersebut, Menteri Perdagangan Korea Selatan, Joo Hyung-hwan, mengaku sangat prihatin terhadap sejumlah kebijakan Cina dan memprotes langkah diskriminatif negara tersebut terhadap perusahaan asal Korea Selatan.

"Kami akan membalas, sesuai dengan hukum internasional, terhadap semua kebijakan yang melanggar aturan Organisasi Perdagangan Internasional (WTO) atau perjanjian perdagangan bebas antara Korea Selatan dan Cina," kata Joo.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement