Rabu 01 Mar 2017 13:34 WIB

Laba Bersih Bank Syariah Mandiri Tumbuh 12,38 Persen Tahun Lalu

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Karyawati melayani nasabah di Banking Hall Bank Mandiri Syariah (BSM), Jakarta, Selasa (7/2).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Karyawati melayani nasabah di Banking Hall Bank Mandiri Syariah (BSM), Jakarta, Selasa (7/2).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Syariah Mandiri (Persero) atau BSM sepanjang 2016 membukukan laba bersih mencapai Rp 325,4 miliar, naik 12,38 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba per Desember 2015 yang sebesar Rp 289,6 miliar.

Direktur Utama BSM Agus Sudiarto menyampaikan, perolehan laba bersih selain berasal dari perbaikan kualitas aktiva produktif dan juga ditopang oleh meningkatnya pendapatan bersih, pengendalian biaya overhead, serta penghematan biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).

"Total pendapatan bersih BSM per Desember 2016 naik sebesar 12,72 persen menjadi Rp 4,96 triliun dari semula Rp 4,40 triliun per Desember 2015," ujar Agus di Kantor Pusat BSM, Wisma Mandiri I, Jakarta, Rabu (1/3).

Dari sisi kualitas aktiva produktif perseroan mencatatkan perbaikan NPF (gross) semula 6,1 persen per Desember 2015 menjadi 4,9 persen per Desember 2016. Sementara NPF (nett) turun dari 4,1 persen per Desember 2015 menjadi 3,1 persen per Desember 2016.

BSM berhasil mengumpulkan recovery ex write off atau penagihan dari hapus buku, termasuk margin per Desember 2016 sebesar Rp 537 miliar. Tahun lalu, perseroan mulai mengimplementasikan Corporate Plan 2016-2020 setelah pada tahun 2014 dan 2015 melakukan konsolidasi untuk fokus menangani pembiayaan bermasalah.

Senior Executive Vice President BSM, Ade Cahyo Nugroho mengatakan, pada tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan laba sebesar 10 persen.

"Berdasarkan Rencana Bisnis Bank (RBB) tahun ini kita targetkan tumbuh 10 persen. Lebih rendah dari tahun sebelumnya, karena likuiditas kita sudah berlebih. Jadi tahun ini kita akan gencar di pembiayaan, target 10-12 persen," kata Ade Cahyo.

Pembiayaan hingga akhir 2016 tumbuh 8,8 persen (yoy) atau meningkat Rp 4,5 triliun dari Rp 51,1 triliun per posisi Desember 2015 menjadi Rp 55,6 triliun per Desember 2016. Pembiayaan tersebut tumbuh secara selektif fokus kepada segmen pilihan.

"Kami senantiasa konsisten untuk terus menumbuhkan pembiayaan dengan penjagaan kualitas agar perusahaan bisa menghasilkan profit yang optimal," kata Ade Cahyo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement