REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Prancis mengapresiasi kerja sama dengan Indonesia di sektor energi baru terbarukan. Hal ini ditandai dengan terbentuknya klub EBT guna menghimpun perusahaan-perusahaan negara Eropa tersebut di bidang energi baik yang telah hadir di Tanah Air maupun baru menyatakan kesediaan masuk ke Indonesia.
Menteri Luar Negeri dan Pembangunan Internasional Republik Prancis, Jean-Marc Ayrault, menyebut pihaknya telah mengukur potensi dan tantangan pengembangan sumber daya EBT di Indonesia. Ia turut menyinggung target Indonesia dalam penggunaan EBT sebanyak 23 persen dalam bauran energi listrik pada 2025.
"Indonesia menetapkan komitmen tersebut sebagai bagian dari kontribusi nasional (INDC) terhadap upaya penanggulanan perubahan iklim. Inilah jalur yang kita ambil bersama, pada KTT Iklim di Paris (COP21), sebuah aksi bersama yang ambisius dan berkelanjutan," tutur Ayrault di Kantor Kementerian ESDM, di Jakarta, Senin (28/2).
Pelaksanaan komitmen tersebut, menurut dia, bergantung pada mobilisasi pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun swasta. Ini berkaitan dengan penetapan kerangkan peraturan dan investasi. "Dan perusahaan- perusahaan harus mengembangkan solusi inovatif yang disesuaikan dengan realitas yang amat beragam bagi setiap negara," ujar Ayrault.
Ia memahami permintaan energi listrik di Indonesia terus naik, seiring dengan pesatnya pembangunan ekonomi. Hal tersebut membuat pemerintah Indonesia segera meningkatkan kapasitas produksi. "Juga harus mempertimbangkan kondisi geografis negeri yang sangat unik sebagai sebuah negara kepulauan. Dari semua itu, memerlukan solusi yang dapat direalisasikan, juga dari segi ekonomis," tutur Ayrault.