REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diminta memperhatikan secara serius distribusi pangan saat musim hujan. Pasalnya musim yang terjadi pada siklus lima tahunan itu memberi dampak pada banjir dan longsor.
Hal ini diperparah dengan kondisi rantai distribusi yang belum baik, khususnya saat musim hujan. Sehingga, kondisi seperti ini dapat mengganggu produksi pangan tidak optimal dan memerlukan penanganan pada masalah manajemen stok pangan.
"Saya yakin pemerintah sudah menyadari bahwa pada musim hujan yang sangat intens ini akan menimbulkan dampak serius pada bencana sekaligus mempengaruhi kondisi pangan baik produksi, distribusi maupun tata niaganya," ujar anggota Komisi IV DPR RI Akmal Pasluddin di Jakarta, Senin (27/2).
Produksi pangan, khususnya yang bersifat pokok, seperti beras, sangat terpengaruhi oleh kondisi musim hujan. Kondisi ini memberikan dampak pada kualitas gabah yang rendah karena kandungan air yang tinggi, hingga pada kegagalan panen akibat hama penyakit yang semakin pesat pertumbuhannya.
Dia mengatakan kandungan air pada gabah dapat diatasi dengan teknologi pascapanen, namun gagal panen dapat menimbulkan rentetan masalah dimulai dari manajemen stok hingga tata niaga yang berujung pada keresahan masyarakat baik petani sebagai produsen maupun masyarakat umum sebagai konsumen.
Terkait dengan distribusi pangan, kata Akmal, Presiden Jokowi sendiri mengakui bahwa persoalan ini belum teratasi sesuai harapan meski sudah dua tahun pemerintahannya berjalan. Pemerintah sudah berupaya memperbaiki manajemen stok pangan namun terganjal oleh para pengganggu mata rantai distribusi pangan termasuk spekulan.
Menurut dia, dalam pengendalian harga pangan dan transparansinya, pemerintah saat ini tidak ada salahnya mencontoh pemerintah pada 1990-an era Suharto. "Saat itu lembaga penyiaran dengan jangkauan luas seperti Televisi dan Radio benar-benar corong pemerintah untuk memberikan informasi berharga tata niaga pangan untuk kepentingan petani dan masyarakat secara keseluruhan," ujarnya.
Dengan kondisi tersebut, Akmal mendapatkan banyak keluhan dari para petani dalam hal pangan pokok maupun pendukung. Sebagian sentra pertanian banyak mengalami kegagalan akibat cuaca yang tidak menentu. Apabila pemerintah masih mengklaim produksi masih surplus, maka dapat dipastikan ada kesalahan pada distribusi yang berujung pada mahalnya harga pangan. Hal itu dapat dibuktikan dari komoditi yang saat ini di luar kewajaran, seperti bawang merah dan cabai. Namun bila pemerintah tidak antisipasi dengan cepat, ke depan beras juga akan terancam terganggu harganya.
Dia berharap, siklus musim hujan lima tahunan ini dapat diatasi pemerintah dengan baik karena curah hujan yang tinggi saat ini sudah membuktikan menimbulkan banjir di berbagai daerah. "Dengan kondisi musim hujan yang sangat intens ini, maka persoalan distribusi pangan perlu perhatian lebih untuk meminimalisir gejolak harga yang berdampak pada terganggunya tataniaga pangan," kata alumnus Institut Pertanian Bogor (IPB).