REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Bank Indonesia masih merumuskan skema kebijakan dividen perbankan. Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengatakan kebijakan makroprudensial ini dibuat untuk meringankan dividen perbankan sejalan dengan kinerjanya di tahun berjalan.
Rencana ini dinilai sebagai langkah BI untuk menjaga likuiditas perbankan, di samping terobosan-terobosan lainnya yang telah dilakukan. Agus menjelaskan, Bank Indonesia masih membahas rumusan dan skema dividen ini. Ia mengatakan lembaga keuangan harus memiliki neraca financial yang baik. Namun, ditengah kondisi global dan tantangannya, maka perlu langkah untuk menjaga lembaga keuangan tetap sehat.
"Masih kita bahas, tapi kita ingin menjaga agar lembaga keuangan punya neraca financial yang kuat, kalau seandainya situasi yang penuh tantangan dan akan dilakukan pembayaran deviden yang lebih tentu akan membuat institusi itu lemah. Nah kita mau jaga supaya mereka tetap sehat," ujar Agus saat ditemui di Kantor Menko Maritim, Jumat (24/2).
Agus menilai pembayaran dividen sebagai sesuatu yang baik. Tapi, pihaknya juga perlu menjaga kesehatan perbankan agar tetap siap dalam menghadapi tantangan ketidakpastian dunia di 2017-2019.
Di satu sisi, dia memahami kebijakan BI tersebut bisa memengaruhi penerimaan negara yang berasal dari dividen. Namun, Agus mengingatkan adanya tren peningkatan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL). Hal tersebut akan mengurangi potensi pertumbuhan kredit ke depan. Karena itu, pengaturan setoran dividen perlu dikaji agar keuangan perbankan tetap sehat.