Sabtu 25 Feb 2017 00:16 WIB

Industri Sarung Tangan Karet Nasional Eksis di Kancah Global

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Budi Raharjo
Pekerja mengenakan sarung tangan karet saat pelatihan penanganan ebola oleh tentara Jerman.
Foto: Reuters
Pekerja mengenakan sarung tangan karet saat pelatihan penanganan ebola oleh tentara Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --‎ Industri sarung tangan karet merupakan salah satu manufaktur hilir yang tengah diprioritaskan pengembangannya sebagai sektor padat karya berorientasi ekspor. Industri ini juga dipacu daya saingnya melalui kegiatan riset teknologi secara mandiri agar meningkatkan produksi dan inovasi.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto‎ mengatakan, industri sarung tangan karet mampu bertahan dan berkembang dengan baik dari segi kemampuan produksi maupun ekspor. Padahal saat ini industri tersebut masih menghadapi kendala ketidakpastian pasokan gas baik dari sisi volume maupun harga yang relatif masih kurang kompetitif jika dibandingkan dengan negara pesaing lain.

Dia mengungkapkan, produsen sarung tangan karet nasional saat ini mampu menunjukkan eksistensinya di kancah persaingan global baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dilihat dari kemampuan produk sarung tangan karet Indonesia yang menembus pasar ekspor, di mana lebih dari 90 persen dipasarkan ke berbagai negara di benua Amerika dan Eropa.

Nilai ekspor sarung tangan karet Indonesia tahun 2016 sebesar 232,50 juta dolar AS atau menempatkan posisi sarung tangan karet sebagai produk ekspor kedua terbesar setelah ban dalam produk barang-barang karet hilir.

"Kemampuan ekspor tersebut masih dapat ditingkatkan mengingat terbukanya peluang yang besar seiring globalisasi perdagangan yang terjadi saat ini," kata Airlangga melalui siaran pers.

Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya strategis baik dari Pemerintah maupun para pelaku usaha untuk meningkatkan daya saing industri sarung tangan karet nasional sehingga produknya mampu meraih kepercayaan pasar.

Direktur Industri Kimia Hilir Kemenperin Teddy Caster Sianturi mengatakan, industri hilir berbasis karet merupakan salah satu sektor prioritas yang akan dikembangkan dalam jangka menengah dan panjang.

"Pemerintah telah memiliki landasan yang kuat untuk mengambil kebijakan-kebijakan untuk semakin mendorong pertumbuhan industri berbasis karet, antara lain memberikan proteksi, mengoptimalkan iklim usaha serta pemberian berbagai macam fasilitas insentif bagi industri existing dan calon investor baru,” papar Teddy.

Dalam upaya peningkatan kinerja industri sarung tangan karet nasiaonal, menurutnya, keberadaan fasilitas penelitian dan pengembangan sangat diperlukan mengingat Indonesia merupakan negara penghasil karet alam terbesar kedua di dunia setelah Thailand. Namun, selama ini 80 persen produk karet alam primer Indonesia diekspor dan hanya 20 persen yang dikonsumsi dalam negeri.

“Untuk itu, kami berharap agar pembangunan fasilitas penelitian dan pengembangan menjadi salah satu prioritas bagi produsen sarung tangan karet dalam rangka meningkatkan daya saing industri nasional,” ujar Teddy.

Selanjutnya, produsen sarung tangan karet dalam negeri diminta agar lebih lanjut melakukan inovasi teknologi, proses produksi dan pengembangan produk-produk sarung tangan karet bernilai tambah tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement