REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Mandiri membukukan kenaikan aset menjadi Rp 1.038,7 triliun pada akhir kuartal IV 2016. Hal itu menjadikan bank pelat merah tersebut sebagai bank terbesar di Indonesia.
Bank Mandiri juga mencetak laba sebelum pencadangan (PPOP) sebesar Rp 43,3 triliun pada akhir tahun lalu. Hal ini mendorong perseroan segera mengambil kesempatan untuk memperkuat posisi dan meningkatkan pencadangan lebih dari 100 persen menjadi Rp 24,6 triliun.
Capaian PPOP tersebut didorong oleh pendapatan bunga bersih dan premi bersih sebesar Rp 54,5 triliun. Angka itu tumbuh 12,3 persen dari akhir tahun 2015. Selanjutnya, pertumbuhan pendapatan atas jasa (fee based income) pun mencapai sebesar 7,6 persen menjadi Rp 20 triliun.
Menurut Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, perseroan terus memantapkan peran aktif dalam mendorong laju perekonomian nasional melalui penguatan fungsi intermediasi perbankan. "Sampai akhir tahun lalu, perseroan telah menyalurkan kredit sebesar Rp 662 triliun, tumbuh 11,2 persen secara year on year (yoy)," ujar Kartika, dalam Paparan Publik Laporan Keuangan Kuartal IV 2016, Selasa, (14/2).
Angka tersebut melebihi laju pertumbuhan kredit industri pada periode yang sama, yakni 7,9 persen. Dari capaian tersebut, portofolio kredit produktif perseroan tercatat sebesar Rp 507,9 triliun, atau 85,7 persen dari total kredit Bank Mandiri. Angka itu tumbuh 9,5 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan jenisnya, kredit modal kerja perseroan pun tercatat naik 8,8 persen menjadi Rp 323,1 triliun. Sedangkan kredit investasi meningkat 10,9 persen menjadi Rp 184,8 triliun.