Ahad 12 Feb 2017 16:15 WIB

Kiat BTN Kuasai Pasar KPR 40 Persen

Bank BTN bertekad kuasai pasar properti 40 persen
Foto: dok hiru muhammad
Bank BTN bertekad kuasai pasar properti 40 persen

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tahun 2017 diharapkan memberikan dampak positif bagi sektor properti di tanah air. Sejumlah pengembangpun juga tidak berhenti untuk terus memasarkan produknya melalui pameran dan penjualan langsung. 

Dukungan pemerintah di sektor ini cukup besar. Seperti alokasi anggaran fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP), susbsidi selisih bunga (SSB), bantuan uang muka pada 2017 yang lebih besar dibandingkan di 2016, serta aturan loan to value (LTV) dari Bank Indonesia yang diperbesar pada 2016.

Direktur Utama Bank BTN Maryono menilai tahun 2017 menjadi peluang besar bagi sektor properti untuk bangkit. Apalagi angka backlog mencapai 15 juta unit dan kebutuhan rumah yang masih tinggi, serta minat investasi ke sektor properti masih besar. "Kami memiliki komitmen besar untuk mendukung sektor ini terus tumbuh berkembang," katanya di sela ajang pameran perumahan berkala, Indonesia Property Expo (IPEX) 2017, Sabtu (11/2). 

Acara yang digelar dalam rangka perayaan ulang tahun ke-67 Bank BTN ini, sekaligus sebagai salah satu langkah perseroan untuk mencapai target peningkatan pangsa pasar kredit pemilikan rumah (KPR) naik ke level 40 persen pada 2019 mendatang.

Maryono juga yakin perseroan mampu meraih pangsa pasar sebesar 40 persen pada 2019 dari posisi saat ini sekitar 33,57 persen. Hal itu berkat sejumlah langkah transformasi lembaga yang dipimpinnya. "Termasuk mengikuti berbagai ajang promosi seperti IPEX 2017 ini dan kegiatan lain yang akan digelar perseroan,” jelas Maryono. 

Pemerintah pun tahun ini menganggarkan anggaran untuk membiayai perumahan yang lebih tinggi dibanding tahun lalu. Pada 2017, pemerintah mengalokasikan FLPP senilai Rp9,7 triliun, SSB sekitar Rp3,7 triliun, dan bantuan uang muka sebesar Rp2,2 triliun. Nilai tersebut melebihi anggaran FLPP 2016 senilai Rp9,22 triliun dan SSB sebesar Rp2,2 triliun

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement