REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Indonesia masih terus mengejar target swasembada jagung untuk menekan impor komoditas itu yang sudah berhasil ditekan hingga turun sebesar 66 persen.
"Memang jagung dan kedelai Indonesia belum surplus seperti halnya beras. Khusus jagung diprediksi surplusnya bisa dicapai tahun 2018," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Jumat (10/2).
Mentan berada di Sumut sejak Kamis untuk menghadiri Rapat Koordinasi Percepatan Luas Tambah Tanam Padi, Jagung dan Kedelai dengan Pemprov Sumut, Kodam I BB dan pemkab/pemkot di Medan, dan kunjungan kerja ke daerah lain. Menurut dia, meski belum surplus, tetapi produksi jagung nasional semakin membaik sehingga stok banyak dan berhasil menekan angka impor sebesar 66 persen. "Dengan peningkatan produksi, maka pemerintah meyakini produksi jagung Indonwsia sudah bisa surplus segera mungkin atau di 2018," katanya.
Produksi yang meningkat tentunya, kata Mentan, juga akan terus membuat impor turun. Dia menegaskan dalam upaya menekan impor, pemerintah bukan hanya mendorong peningkatan produksi di berbagai daerah sentra termasuk Sumut, tetapi juga menjalin kerja sama dengan asosiasi Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT). GPMT diminta mendorong perusahaan anggotanya untuk bisa lebih mengutamakan menyerap produksi jagung lokal untuk kebutuhan industrinya. "Dengan penyerapan jagung lokal, maka petani semakin bergairah bertanam jagung sehingga produksi bisa memenuhi bahkan melebih kebutuhan konsumsi dan pabrikan yang sekitar 1,7 juta ton per bulan," katanya.
Amran mengaku agar harga jual tidak anjlok saat terjadi kelebihan pasokan di bulan-bulan tertentu seperti musim panen Januari-Maret, maka pemerintah meminta Bulog untuk menampung atau membeli jagung petani itu.